Family Indonesia

Uncategorized

Mengapa Aku Merasa Tidak Termotivasi?

Champs, apakah pernah merasa kewalahan, bingung, stres, atau bahkan burned out di beberapa waktu tertentu?

Apa yang kita rasakan ini dapat menyebabkan tingkat motivasi menjadi turun karena tidak tahu apa yang harus dikejar atau tidak memiliki energi yang cukup untuk mengejar tujuan yang ada.

Apa itu Lack of Motivation?
Dalam literatur ilmiah, motivasi sering didefinisikan sebagai proses dimana aktivitas yang diarahkan pada suatu tujuan yang dipicu dan dipertahankan (Schunk et al., 2014). Motivasi adalah konstruk teoritis yang digunakan untuk menjelaskan inisiasi, arah, intensitas, dan ketekunan perilaku, terutama perilaku yang diarahkan pada tujuan (Brophy, 2004). Motivasi adalah sebuah proses yang membantu kita mencapai tujuan.

Lack of motivation mengacu pada kurangnya semangat dan antusiasme dalam melakukan suatu pekerjaan (Sasson, 2019). Menurut Shore (2017), kurangnya motivasi juga dapat diartikan sebagai sikap tidak peduli terhadap apa yang seharusnya dilakukan. Lack of motivation lebih dari sekadar tidak ingin melakukan sesuatu. Ini dapat terjadi ketika kita merasa lelah, kewalahan, atau tidak yakin dengan apa yang kita inginkan. Lack of motivation seringkali berkaitan dengan tugas-tugas tertentu. Hal ini dapat terlihat seperti menunda-nunda pekerjaan, sulit fokus, atau merasa buntu.

Motivasi kita dapat sangat mungkin terkuras atau berkurang karena beberapa prioritas fisiologis dan psikologis yang tidak terpenuhi. Kebutuhan yang tidak terpenuhi tersebut bisa jadi terkait dengan lingkungan, hubungan, emosi, atau hal lainnya. Di waktu-waktu tersebut, kita merasa tidak bersemangat atau terdorong untuk memulai atau menyelesaikan tugas. Semisal, ketika sedang merasa motivasi berada di titik terendah karena sedang lapar, mengantuk, lelah, merasa sedih, atau cemas. Memotivasi diri untuk melakukan kegiatan lain di saat-saat ini akan terasa sangat sulit bagi kita.

Kurang Motivasi pada Remaja

Masa remaja adalah periode perubahan hormon yang signifikan, yang dapat memengaruhi suasana hati, tingkat energi, dan motivasi. Tingkat hormon yang berubah, seperti estrogen dan testosteron, dapat menyebabkan pergeseran yang signifikan dalam motivasi dan dorongan.

Champs, juga mungkin mengalami tekanan akademis yang bisa menjadi sumber masalah motivasi. Kita sering menghadapi tekanan akademis yang ekstrem, termasuk ekspektasi yang tinggi dari orang tua, guru, atau bahkan teman sebaya. Faktor lainnya ketika mengalami tekanan saat ujian, kebutuhan untuk mempertahankan nilai yang baik, dan sifat kompetitif dari lingkungan pendidikan. Semua hal di atas terkadang dapat membuat kita kewalahan dan akibatnya bereaksi pada kurangnya motivasi. 

Hal yang juga terjadi pada kita para remaja adalah kita tidak memiliki tujuan yang didasari dari diri sendiri. Seringnya, kita sudah diberikan formula dan didikte mengenai hal-hal yang harus dilakukan untuk menjadi sukses di dunia saat ini. Kita tidak memiliki kesempatan untuk mencoba hal yang kita sukai dan membuat pilihan berdasarkan intuisi diri sendiri. Ketika kita tidak memiliki tujuan atau alasan yang jelas untuk melakukan suatu hal, kita akan kesulitan untuk tetap termotivasi dan fokus mencapai tujuan. 

How To Improve Motivation To Do Things
Champs,
ketika kita sedang berada di kondisi tidak memiliki motivasi untuk menyelesaikan suatu tugas atau bahkan memulainya. Coba pertimbangkan kemungkinan alasan mengapa kita merasakan hal tersebut. Kemudian, kembangkan rencana atau strategi yang membantu memotivasi diri untuk mengambil langkah pertama, yaitu memulai.

Perlu diingat oleh champs bahwa tidak semua strategi berhasil untuk semua orang dan dalam setiap situasi. Kita dapat melakukan beberapa percobaan melalui eksperimen perilaku untuk melihat strategi mana yang paling membantu kita memotivasi diri. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi, antara lain:

  • Take (small) Breaks
    Berikan izin kepada diri kita sendiri untuk beristirahat sejenak dari pekerjaan atau kegiatan yang membuat stress. Beristirahat sejenak dapat membantu champs mengatur ulang dan menemukan kembali motivasi diri. Namun, jangan beristirahat terlalu lama karena hal ini dapat memengaruhi kemampuan kita untuk menjalani kehidupan yang bermakna.
  • Reward Yourself
    Berikan hadiah kecil untuk diri kita sendiri yang diperoleh atas kerja keras yang telah dilakukan. Reward yang diberikan dapat membantu champs untuk tetap bersemangat dan tetap termotivasi untuk mencapai tujuan. Pemberian reward juga dapat disesuaikan, apakah champs akan lebih termotivasi dengan hadiah yang lebih kecil dan lebih sering atau hadiah yang lebih besar ketika pekerjaan telah selesai.
  • Practice Self-Care
    Champs
    dapat membuat rencana perawatan diri yang sehat yang memungkinkan untuk menjaga pikiran dan tubuh kita.

    – Berolahraga secara teratur
    – Tidur yang cukup
    – Minum air putih dan makan makanan yang sehat
    – Jalan-jalan di alam
    – Luangkan waktu untuk bersantai dan bersenang-senang
    – Gunakan healthy coping skills untuk mengatasi stres
    – Hindari kebiasaan yang tidak sehat, seperti makan berlebihan dan minum minuman beralkohol
  • Temukan Motivasi Intrinsik
    Kita dapat mengidentifikasi kegiatan atau hal yang benar-benar disukai atau kita anggap bermakna. Ketika terlibat dalam kegiatan yang sesuai dengan minat dan nilai-nilai diri, motivasi intrinsik akan lebih mungkin muncul dan mempertahankan antusiasme ketika kita melakukan suatu kegiatan. Hal ini juga yang akan membantu mengembangkan rasa memiliki tujuan.
  • Building a Supportive Network: The Power of Encouragement
    Mengelilingi diri kita dengan orang-orang yang memberikan dukungan. Kita dapat menemukan inspirasi dari orang lain yang telah menghadapi tantangan serupa terkait dengan kurangnya motivasi. Membagikan pengalaman dengan mereka yang telah mengatasi perjuangan serupa menunjukkan bahwa kita juga dapat mengatasi kesulitan dan menjadi lebih kuat. Supportive network membantu champs tetap termotivasi dengan memberikan dorongan, saran, dan rasa kebersamaan.
  • Break Down Tasks Into Smaller, Easier Tasks
    Mengatasi lack of motivation dapat dilakukan dengan membuat tugas-tugas besar menjadi lebih sederhana dengan menguraikannya menjadi beberapa bagian yang lebih kecil. Ketimbang melakukan tugas sekaligus, champs bisa melakukan langkah-langkah yang lebih sederhana dan lebih mudah dilakukan, namun tetap berkontribusi pada tercapainya tujuan. Pendekatan ini meminimalisir rasa kewalahan, sehingga kita dapat berfokus untuk menyelesaikan satu langkah di satu waktu. Kita juga dapat menetapkan rencana yang lebih jelas, melihat dan merasakan setiap progress melalui setiap langkah yang diselesaikan.
  • Cari Bantuan Profesional
    Jika motivasi yang dimiliki tetap rendah selama dua minggu atau lebih, bahkan memengaruhi fungsi keseharian, champs dapat mencari bantuan profesional. Misalnya, ketika kita tidak dapat melakukan aktivitas, kinerja menurun, atau ketika kita tidak memiliki motivasi untuk meninggalkan rumah. Tanda tersebut dapat menjadi hal yang serius dan perlu segera mendapatkan bantuan profesional.

Bila champs sedang merasa kewalahan, di situasi stres, burned out, atau bahkan sedang tidak termotivasi. Champs dapat menjangkau layanan konseling Focus on the Family Indonesia melalui direct message Instagram kami @focusonthefamilyindonesia atau WhatsApp pada nomor +6282110104006. FOFI siap membantu champs dalam melalui proses tersebut.

 

Referensi:

Brophy, J. (2004). Motivating students to learn. In Routledge eBooks. https://doi.org/10.4324/9781410610218

Lcsw, A. M. (2023, December 5). What to do when you have no motivation. Verywell Mind. https://www.verywellmind.com/what-to-do-when-you-have-no-motivation-4796954

Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J. L. (2014). Motivation in education: Theory, research, and applications.

Uncategorized

Kindness: Fondasi Pernikahan yang Bahagia

Couples, hari ini adakah kebaikan yang telah anda berikan kepada pasangan anda?
Senang sekali rasanya, bila setiap pasangan dapat senantiasa memperhatikan dan tetap mencurahkan kebaikan satu sama lain di berbagai kondisi yang ada. Namun, sayangnya banyak pasangan yang sering kali melupakan pentingnya nilai kebaikan dalam pernikahan.

Berjalannya waktu, banyak yang menjadi abai akan kesejahteraan pasangannya. Ketidakpuasan yang dirasakan dalam hubungan diungkapkan tanpa perhatian, kasih sayang, ataupun kelembutan. Perselisihan-perselisihan ini akan terus menumpuk dan bertambah banyak seiring waktu, yang pada akhirnya menghasilkan perasaan berjarak, kekecewaan, dan ketidakpuasan dalam hubungan. Melalui tulisan ini, mari kita menggali kembali makna kebaikan yang dapat dilakukan dalam pernikahan anda. 

Kindness atau kebaikan, bukan berarti menjadi lemah, dimanfaatkan, atau bertekuk lutut. Kebaikan dalam suatu hubungan berarti bersikap murah hati, bijaksana, peduli, penuh kasih, dan mendukung pasangan. Kebaikan adalah memikirkan pasangan anda dan tidak hanya mementingkan diri sendiri. Dalam membangun suatu hubungan, kedua belah pihak perlu mendefinisikan kebaikan dengan cara yang sama untuk membentuk hubungan yang adil. Pernikahan yang sehat juga terbentuk bila pasangan memiliki rasa saling mendukung dan dapat berbagi tanggung jawab bersama.

Why Kindness Matters?
Menurut Peterson dan Seligman (2004), kebaikan didorong oleh rasa kasih sayang atau kepedulian, dan diekspresikan melalui tindakan kebaikan atau memberikan perhatian. Kebaikan merupakan tindakan sukarela yang dilakukan seseorang untuk memberikan manfaat kepada orang lain dan tidak dimotivasi oleh suatu imbalan atau hukuman.

Kindness melibatkan kepedulian, kasih, welas asih, dan sikap menolong orang lain (Azañedo et al., 2021). Kepedulian seseorang terhadap kesejahteraan orang lain dapat menciptakan peluang membangun hubungan yang bermakna. Bersikap baik juga dapat memenuhi kebutuhan individu akan ikatan yang mengarah pada cinta dan penerimaan yang lebih besar oleh orang lain (Layous et al., 2012). Maka dari itu, mengembangkan kebaikan dapat secara signifikan meningkatkan kepuasan hubungan individu.

Kebaikan dapat diekspresikan melalui tiga aspek, yaitu perasaan, pikiran, dan perilaku. Pertama, perasaan ini meliputi perasaan yang berorientasi pada orang lain seperti simpati, empati, dan rasa hormat. Juga, perasaan yang berorientasi pada diri sendiri seperti perasaan bangga karena telah bertindak sesuai dengan prinsip dan etika, atau perasaan bersalah secara etis karena telah melakukan sesuatu yang salah. Komponen kedua adalah pikiran yang baik yang mencerminkan proses aktif dalam memahami perspektif dan pandangan orang lain ke dalam pandangan sendiri. Hal ini juga mencerminkan kemampuan diri memahami setiap perspektif, termasuk reflektif diri. Komponen ketiga dari kebaikan, yaitu perilaku, sebagian besar ditentukan oleh kecenderungan tindakan prososial terhadap orang lain dan perilaku yang ditujukan untuk orang lain. Perilaku kebaikan yang diarahkan pada diri sendiri didefinisikan sebagai perilaku menolong dan peduli pada diri sendiri. Ketiga komponen kebaikan bekerja secara bersama dan tidak dapat dipisahkan.

“Love isn’t just something you feel, it’s something you do. It’s the small acts of kindness that speak the loudest.”

 

Kindness in Marriage
Couples, kunci dari pasangan yang bahagia adalah mereka yang memprioritaskan kebaikan dan menghidupinya ke dalam hubungan. Kebaikan dapat diterapkan melalui hal-hal kecil untuk menunjukkan kebaikan anda kepada pasangan. Ketika dua insan saling mengatakan dan melakukan hal-hal baik secara teratur, maka akan membentuk pernikahan yang membuat pihak pemberi dan penerima kebaikan bahagia. Couples dapat memberikan komentar positif lima kali lebih banyak daripada komentar negatif kepada satu sama lain. Bentuk lain dari kebaikan dalam pernikahan adalah penerimaan terhadap pasangan, komitmen untuk membangun hubungan, pengabdian kepada pasangan, dan kesanggupan untuk mempertahankan pernikahan yang bertahan seumur hidup.

The greatest manifestations of love are simple acts of kindness – Joseph B Wirthlin

 

Kebaikan yang couples lakukan tidak perlu bergerak dari hal-hal besar untuk memberikan dampak pada hubungan pernikahan. Kebaikan dapat dimulai melalui tindakan kecil dan sederhana di kehidupan sehari-hari. Sering kali hal-hal kecil yang dilakukan secara terus menerus memiliki efek paling kuat. Hal ini karena pasangan menjalani hidup bersama dari waktu ke waktu. Kebaikan merupakan komitmen yang couples buat dalam pernikahan. Cinta yang berlandaskan kebaikan satu sama lain akan membantu pasangan melangkah lebih jauh untuk mencapai pernikahan impian. Tindakan kecil yang dapat couples lakukan, seperti:

  • Menawarkan diri untuk mencuci piring
  • Bergantian mengantar anak ke sekolah 
  • Membuatkan sarapan di pagi hari
  • Berbagi pekerjaan rumah
  • Saling memberi semangat 
  • Catatan apresiasi satu sama lain
  • Tidak pernah saling menjatuhkan satu sama lain
  • Menyelesaikan masalah dengan kasih

Dalam situasi tertentu, kita mungkin berpikir bahwa pasangan kita “sudah seharusnya” bersikap baik, ramah, dan penuh perhatian kepada kita. Dengan asumsi ini, kita jadi tidak melihat atau memperhatikan tindakan baik mereka untuk kita, yang sewaktu-waktu dapat mengurangi motivasi pasangan untuk bertindak baik secara aktif kepada kita. Maka, sangat disarankan kepada couples untuk tidak menganggap sepele kebaikan pasangan, sebaliknya ungkapkan apresiasi kita secara aktif kepada pasangan.

Baca juga: Pola Komunikasi Pasangan: Seni Mendengarkan

Kebaikan dalam pernikahan itu penting. Tanpa kebaikan, pernikahan akan sulit untuk berkembang dan mencapai kebahagiaan. Couples dapat memilih untuk bersikap baik dan melakukan sesuatu secara sadar untuk menunjukkan kebaikan kepada pasangan anda.
Jadi, apa satu hal baik yang dapat dilakukan untuk pasangan anda hari ini?

“Kindness is the language which deaf can hear and the blind can see.” – Mark Twain

 

Focus on the Family Indonesia mendukung para couple melalui layanan konseling pasangan dan program Journey to Us. Kami berkomitmen untuk membantu memelihara hubungan pernikahan yang harmonis bersama pasangan Anda. Couples dapat menjangkau kami melalui direct message Instagram kami @focusonthefamilyindonesia atau WhatsApp pada nomor +6282110104006.

 

Referensi: 

Azañedo, C. M., Artola, T., Sastre, S., & Alvarado, J. M. (2021). Character strengths predict Subjective Well-Being, Psychological Well-Being, and psychopathological symptoms, over and above functional social support. Frontiers in Psychology, 12. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2021.661278

Chan, S. F. (2023, September 25). Kindness – the secret sauce of a good marriage – Focus on the family Singapore. Focus on the Family Singapore – Helping Families Thrive. https://family.org.sg/articles/kindness-the-secret-sauce-of-a-good-marriage/ 

Layous, K., Nelson, S. K., Oberle, E., Schonert-Reichl, K. A., & Lyubomirsky, S. (2012). Kindness Counts: Prompting prosocial behavior in preadolescents boosts peer acceptance and Well-Being. PLoS ONE, 7(12), e51380. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0051380 

Peterson, C., & Seligman, M. E. P. (2004). Character strengths and virtues: a handbook and classification. Choice Reviews Online, 42(01), 42–0624. https://doi.org/10.5860/choice.42-0624 

Uncategorized

Peran Orang Tua dalam Menghindari Paparan Pornografi pada Anak

Parents, belum lama ini Indonesia dikejutkan dengan kabar empat anak di bawah umur yang menjadi tersangka pembunuhan dan pemerkosaan. Setelah ditelusuri, diketahui bahwa motif mereka melakukan tindakan keji tersebut karena ingin menyalurkan hasrat setelah menonton video porno. Bahkan sejumlah video porno ditemukan di ponsel pelaku, yang kita semua tahu adalah anak di bawah umur. Hal ini tentu sangat memprihatinkan dan menjadi perhatian banyak pihak. Bagaimana hal ini dapat terjadi karena menonton video porno? 

Tugas menjaga dan mengedukasi anak menjadi kompleks untuk parents karena mudahnya akses informasi di zaman sekarang ini. Anak tidak dipungkiri dapat terpapar konten-konten berbau pornografi tanpa sepengetahuan orang tua karena konten pornografi yang dapat ditemukan di berbagai media, seperti bacaan, gambar, film, bahkan iklan yang seringkali muncul di internet. Bila anak tidak mendapatkan pondasi yang kuat baik secara pengetahuan, norma, maupun nilai agama, hal ini akan memberikan dampak negatif pada anak. 

Bagaimana Pornografi Menciptakan Kecanduan

Berdasarkan konferensi pers di Kemenkopolhukam pada tahun 2024, National Center for Missing and Exploited Children (NCMEC) menemukan kasus pornografi anak Indonesia selama 4 tahun sebanyak 5.566.015 kasus. Jumlah kasus pornografi anak di Indonesia masuk dalam peringkat empat di dunia dan peringkat dua terbanyak di lingkungan Asia Tenggara atau negara-negara ASEAN. Individu yang mengonsumsi konten pornografi dapat mengalami kecanduan, saat ini terdapat istilah “Narkolema” (narkoba lewat mata) bahwa orang cenderung menjadi kecanduan jika mereka tidak melihat pornografi. Pornografi yang terus menerus diakses diyakini dapat mengakibatkan rangsangan seksual yang terjadi sesuai dengan apa yang dilihat, hal tersebut dapat memengaruhi reaksi seksual seseorang, baik yang dilakukan secara pribadi maupun menggunakan objek untuk melampiaskan tindakan seksual mereka (Rumondor et al., 2022). 

Baca juga: Menghindari Adiksi Pornografi Pada Anak

Pornografi pada Remaja

Parents, masa remaja merupakan fase dimana kematangan organ seksual sudah mulai bekerja mengakibatkan nafsu seksual seseorang tumbuh, sehingga remaja cenderung berminat membicarakan, mempelajari, atau mengamati segala hal yang berbau seksual. Mudahnya aksesibilitas informasi terkait seksualitas secara online dapat menjadi salah sasaran bagi remaja karena rentan terpapar konten pornografi. Faktor lain yang dapat menjadi penyebab remaja kecanduan pornografi adalah minimnya pengawasan orang tua dan pendidikan seksualitas remaja (Fatimah & Rahmawati, 2022). Kecanduan pornografi dapat berdampak negatif pada remaja yang menyebabkan persepsi menyimpang tentang hubungan dan seks, juga menggiring remaja pada aktivitas seksual yang tidak sehat, termasuk seks pranikah. 

Dampak Pornografi

Paparan pornografi sering kali menimbulkan kecemasan pada anak (Flood, 2009). Setelah melihat pornografi, anak-anak dapat menunjukkan perasaan jijik, kaget, malu, marah, takut, dan sedih, bahkan dapat mengalami gejala-gejala kecemasan dan depresi. Anak tidak dipungkiri dapat terobsesi untuk memerankan tindakan seksual orang dewasa yang telah dilihat. Anak-anak usia di bawah dua belas tahun yang telah melihat pornografi secara statistik lebih mungkin melakukan pelecehan seksual terhadap teman sebayanya (Manning, 2006). Singkatnya, anak-anak yang terpapar konten pornografi berisiko mengalami berbagai perilaku maladaptif dan psikopatologi.

Pendidikan Seksualitas Sejak Dini

Berkaca dari banyaknya kasus anak dibawah umur yang melakukan pelecehan seksual, faktor-faktor yang dapat memengaruhi hal tersebut, antara lain pernah melihat kejadian serupa, modelling (meniru), kurang pemahaman tentang seksualitas, dan kurangnya pengawasan orang tua. Parents, pentingnya memberikan edukasi seksualitas pada anak karena orang tua adalah orang terdekat bagi anak. Pendidikan seksualitas pada anak yang diawali dengan persepsi yang benar dari orang tuanya, menjadi penting bagi anak supaya dapat menyaring informasi yang diterima dari luar, termasuk melindungi anak dari paparan pornografi. Perlu dipahami kembali oleh parents bahwa pendidikan seksualitas bukan hanya tentang hubungan seks antara laki-laki dan perempuan. Parents dapat memberikan edukasi seksualitas sesuai perkembangan kognitif anak dimulai dari mengenalkan anak tentang dirinya (seluruh anggota tubuh), perubahan fisik selama masa pubertas, dan moralitas tentang seksualitas. 

  1. Saat bayi, pendidikan seks berupa rasa cinta yang didapatkan oleh orang tuanya melalui sentuhan pada kulit anak.
  2. Pada anak usia dini, parents dapat memperkenalkan anggota tubuh termasuk dengan jenis kelamin, tanpa ada kata ganti yang bisa memiliki makna ganda. Anak juga dapat diajarkan bagaimana cara memperlakukan, merawat, dan membersihkan organ seksualnya, termasuk tentang area privasi yang tidak boleh disentuh, dipermainkan, dan dilihat orang lain.
  3. Saat anak memasuki sekolah dasar, parents mengajarkan kepada anak mengenai peran gender dalam bersosialisasi dengan gender lainnya yang bisa diimbangi dengan nilai keluarga yang diterapkan. Pada anak sekolah dasar juga dapat mulai diperkenalkan terkait fase pubertas.
  4. Pada remaja, ajak anak berdiskusi mengenai perilaku seksual dan mengajari anak bagaimana cara mengendalikan diri dari dorongan seksual. Parent juga dapat membahas hubungan seksual yang sehat dan sesuai seperti apa (hubungan seksual setelah pernikahan), serta bagaimana risiko-risiko yang dapat terjadi tentang masalah seksual.

Cara lain yang dapat parents lakukan untuk mencegah anak terpapar pornografi yang pertama adalah dengan menanamkan nilai-nilai budaya, agama, atau norma yang diyakini sebagai pondasi untuk anak bersikap dan membuat batasan. Kedua, parents dapat memberikan batasan situs-situs yang diakses di internet atau juga mendampingi anak saat bermain gadget. Ketiga, mengisi waktu luang anak dengan kegiatan positif yang sesuai minat dan bakat mereka. Terakhir dan yang paling penting adalah membangun trust dengan anak, agar anak dapat merasa nyaman dan aman untuk terbuka mengenai seksualitas dengan orang tua.  

Satu langkah yang dilakukan parents untuk memberikan edukasi seksualitas sejak dini kepada anak, dapat membantu anak terhindar dari kejahatan seksual dan dapat mengantisipasi terjadinya perilaku menyimpang di kemudian hari.

Focus on the Family Indonesia memperlengkapi keluarga dengan nilai-nilai dan kompetensi untuk membangun keluarga yang sehat. Oleh sebab itu, FOFI menyediakan program konseling untuk parents agar bisa berdiskusi dengan tenaga profesional untuk perkembangan keluarga Anda. FOFI juga menyediakan program parenting ‘Let’s Talk About Sex’ yang dapat membekali parents mendampingi pertumbuhan anak. Parents dapat menghubungi kami melalui direct message Instagram kami @focusonthefamilyindonesia atau WhatsApp pada nomor +6282110104006.

 

Referensi:

Fatimah, S. (2022). DAMPAK PORNOGRAFI TERHADAP PERKEMBANGAN PERILAKU REMAJA. Jurnal Pengabdian Masyarakat Putri Hijau, 2(2), 49–52. https://doi.org/10.36656/jpmph.v2i2.824 

Flood, M. G. (2009). The harms of pornography exposure among children and young people. Child Abuse Review, 18(6), 384–400. https://doi.org/10.1002/car.1092  

Manning, J. C. (2006). The Impact of internet pornography on Marriage and the Family: A review of the research. Sexual Health & Compulsivity, 13(2–3), 131–165. https://doi.org/10.1080/10720160600870711

Uncategorized

Hidup Lebih Dari Sekadar Ada: Finding Beauty And Meaning In Life

Champs, setiap orang pasti pernah mempertanyakan tujuan keberadaan mereka di dunia ini. Pada titik tertentu dalam hidup, kita sering bertanya pada diri kita sendiri beberapa pertanyaan berikut.

“Why am I here? What is the meaning of life? What is my purpose? What do people mean when they say they have found meaning in their lives? What are they referring to?”

Jadi, apa yang dimaksud dengan “makna hidup”?

 

Meaning in Life

Dalam beberapa hal, makna hidup cukup sulit untuk didefinisikan karena merupakan pengalaman pribadi dari masing-masing individu. Definisi makna hidup yang dimiliki champs mungkin didasari oleh hal yang berbeda satu sama lain. Beberapa penelitian mendefinisikan makna hidup sebagai keyakinan bahwa hidup kita bermakna bagi orang lain dan diri kita sendiri, serta keyakinan bahwa kita diciptakan dengan tujuan yang spesifik dan berharga.

Makna hidup seseorang juga berkaitan dengan nilai-nilai yang dimilikinya. Nilai-nilai ini berkaitan dengan keyakinan terhadap hal-hal penting dalam hidup kita yang akan berperan sebagai prinsip-prinsip dari tindakan yang dilakukan. Memahami nilai-nilai yang dimiliki dapat membantu kita selaras dan memberikan makna terhadap dunia. 

Memiliki tujuan hidup merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar. Namun, bagi kebanyakan orang menemukan tujuan hidup bukanlah hal yang mudah. Kehidupan modern saat ini, membuat banyak orang jadi kesulitan menentukan dan memberikan perhatian pada tujuan hidup mereka yang sebenarnya. Seringkali, individu mengalami tekanan untuk memiliki kehidupan “sempurna” yang menjadi konsep standar hidup yang baik, meskipun hal tersebut bertentangan dengan nilai dan prinsip yang dimilikinya.

Saat ini, semakin banyak penelitian yang mengidentifikasi peran makna hidup dalam kehidupan manusia. Menurut Routledge dan FioRito (2021), individu yang menganggap hidup mereka penuh makna menjalani hidup yang lebih lama, lebih sehat, dan lebih bahagia daripada mereka yang cenderung tidak memandang hidup mereka bermakna. Semakin seseorang merasa hidupnya bermakna, semakin mereka merasakan kesejahteraan psikologis yang positif secara keseluruhan (Steger & Frazier, 2005). Selain itu, kebermaknaan mengurangi risiko depresi (Disabato et al., 2016) dan bunuh diri (Edwards & Holden, 2001). Makna hidup juga secara positif berkaitan dengan kesehatan fisik dan umur panjang (Czekierda et al., 2017). 

“The purpose of life is not to be happy. It is to be useful, to be honorable, to be compassionate, to have it make some difference that you have lived and lived well.” Ralph Waldo Emerson


Mereka yang percaya bahwa hidup mereka memiliki makna cenderung lebih bahagia, memiliki kepuasan hidup yang lebih tinggi, lebih bersemangat dalam bekerja, memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih baik dan lebih tahan terhadap stres, serta hidup lebih lama secara keseluruhan (Steger, 2009). Ketika orang percaya bahwa hidup mereka berarti, mereka juga memiliki alasan untuk mengatur perilakunya dengan cara-cara yang membantu mereka tetap hidup dan berkembang.

Komponen Makna Hidup

Menurut Martela & Steger (2016), makna dalam hidup melibatkan tiga komponen utama, yaitu:

  1. Significance (Penting atau Berarti)
    Ketika kita memiliki pengalaman bagaimana kekuatan dan perilaku kita dapat berkontribusi, serta membuat suatu perubahan dalam hidup merupakan contoh dari signifikansi. Merasakan bahwa hidup kita penting bagi seseorang atau sesuatu adalah makna eksistensial/signifikansi. Perasaan penting ini bukan berasal dari penilaian yang berlebihan terhadap kebaikan kita, melainkan dari kebutuhan sederhana untuk “live a life you will remember” (Avicii, 2014).
  2. Purpose
    Mereka yang memiliki arah atau core goal akan memiliki tujuan dalam hidup mereka. Tujuan tersebut yang akan mendorong setiap tindakan yang dilakukan setiap hari, memberikan semangat ketika bangun di pagi hari, dan membuat kita terus maju bahkan saat menghadapi rasa lelah atau letih.
    “Those who have a ‘why’ to live can bear with almost any ‘how'”  – Nietzsche
  3. Coherence
    Koherensi yang mendalam menunjukkan pemahaman dan refleksi individu mengenai peristiwa-peristiwa yang memengaruhi kehidupannya. Setiap individu memiliki sifat adaptif untuk memotivasi diri mendeteksi pola atau hubungan yang dapat diandalkan di lingkungannya. Hal ini akan memberikan pengalaman dari ‘makna’, ketika individu dapat menemukan koherensi yang dapat dipercaya dalam hidupnya. Dengan kata lain, makna sebagai koherensi adalah suatu perasaan bahwa pengalaman atau kehidupan seseorang masuk akal.

Menemukan Makna Hidup

Menurut Victor E. Frankl makna hidup dapat ditemukan melalui:

  1. Purposeful work: Menemukan makna hidup melalui pekerjaan, kontribusi, atau pencapaian kita.
  2. Experiences and relationships: Menemukan makna melalui hubungan kita dengan orang lain, cinta, dan pengalaman hidup. Menjalani sesuatu secara penuh atau mencintai seseorang.
  3. Attitude towards suffering: Mengubah sikap kita ketika dihadapkan pada situasi atau keadaan yang tidak dapat kita ubah. Menghadapi penderitaan dengan keberanian dan kebijaksanaan.

Meskipun penderitaan adalah bagian yang tidak dapat dihindari dari kehidupan, Frankl mendorong kita untuk memanfaatkan kemampuan untuk memilih bagaimana kita merespons penderitaan yang ada. Frankl juga berpendapat bahwa, kita dapat (melalui penerimaan dan pencarian makna) mengembangkan sikap yang akan memungkinkan kita untuk bertahan dalam situasi kehidupan yang paling sulit.

“Everything can be taken from a man, but one thing: the last of the human freedoms- to choose one’s attitude in any given set of circumstances, to choose one’s own way.” – Victor Frankl

Champs, semoga kita semua bisa menikmati proses di perjalanan pencarian makna hidup. Ingat, bahwa perjalanan ini unik bagi setiap individu dan proses menemukan makna tidak harus melalui proses yang kompleks, champs bisa menemukannya dalam hal yang paling sederhana dalam hidup masing-masing.

Bila champs menemukan kebingungan dan kesulitan dalam proses menemukan makna, Focus on the Family Indonesia siap membantu champs menyusuri pengalaman-pengalaman dan menemukan tujuan/makna hidup kembali. Champs dapat menghubungi kami melalui direct message Instagram kami @noapologiesindonesia atau melalui WhatsApp pada nomor +6282110104006.


Referensi:

Czekierda, K., Banik, A., Park, C. L., & Luszczynska, A. (2017). Meaning in life and physical health: systematic review and meta-analysis. Health Psychology Review, 11(4), 387–418. https://doi.org/10.1080/17437199.2017.1327325 

Disabato, D. J., Kashdan, T. B., Short, J. L., & Jarden, A. (2016). What Predicts Positive Life Events that Influence the Course of Depression? A Longitudinal Examination of Gratitude and Meaning in Life. Cognitive Therapy and Research, 41(3), 444–458. https://doi.org/10.1007/s10608-016-9785-x 

Edwards, M. J., & Holden, R. R. (2001). Coping, meaning in life, and suicidal manifestations: Examining gender differences. Journal of Clinical Psychology, 57(12), 1517–1534. https://doi.org/10.1002/jclp.1114 

Martela, F., & Steger, M. F. (2016). The three meanings of meaning in life: Distinguishing coherence, purpose, and significance. The Journal of Positive Psychology, 11(5), 531–545. https://doi.org/10.1080/17439760.2015.1137623

Steger, M. F. (2009). Meaning in life. In S. J. Lopez & C. R. Snyder (Eds.), Oxford handbook of positive psychology (2nd ed., pp. 679–687). Oxford University Press 

Steger, M. F., & Frazier, P. (2005). Meaning in life: one link in the chain from Religiousness to Well-Being. Journal of Counseling Psychology, 52(4), 574–582. https://doi.org/10.1037/0022-0167.52.4.574 

Routledge, C., & FioRito, T. A. (2021). Why meaning in life matters for societal flourishing. Frontiers in Psychology, 11. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.601899

Uncategorized

Bangun Kebiasaan Sederhana Bersama Pasangan untuk Hubungan yang Bahagia

Couples, bila ditanya mengenai apa yang biasanya anda bersama pasangan lakukan untuk menikmati waktu luang. Jawaban seperti apa yang akan diberikan oleh couples?

Beberapa pasangan mungkin akan menjawab dengan makan bersama, menonton film atau serial favorit, pergi berwisata, dan bahkan berolahraga bersama, Kegiatan-kegiatan tersebut ternyata merupakan hal yang cukup sederhana, namun berarti dan menyenangkan saat dilakukan bersama-sama dengan orang terkasih.

Habituasi atau pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu menjadi kebiasaan (Gunawan, 2012), namun sengaja disini dimaksud bisa tanpa disadari si pelaku bahwa itu adalah sebuah tindakan yang sudah menjadi darah daging karena sudah sering dilakukan. Kebiasaan juga dapat diartikan sebagai hal yang sama yang dipelajari oleh seseorang dan dilakukan secara berulang-ulang (Arief et al., 2022). Habit merupakan proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Menurut Harahap (2020), habit terbentuk melalui enam tahapan yaitu berpikir, perekaman, pengulangan, penyimpanan, pengulangan, dan kebiasaan.

Kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam suatu hubungan dapat menjadi fondasi yang menguatkan satu sama lain, kebiasaan sederhana yang positif juga dapat mengurangi tingkat stres dan ketegangan dalam hubungan. Mengingat datangnya masalah dan konflik dalam hubungan terkadang tidak bisa dihindari. Couples tentu memiliki caranya masing-masing dalam melalui dan mengatasi masalah yang ada bersama pasangan.

Ketika memiliki habits bersama, artinya couples menemukan aktivitas yang anda dan pasangan sukai untuk dilakukan bersama. Hal ini meski sederhana, namun merupakan unsur yang penting untuk membuat pasangan dapat menjalin kedekatan dan tetap bertahan untuk jangka waktu yang panjang.

Berikut, FOFI membagikan langkah sederhana melalui kebiasaan-kebiasaan yang bisa dilakukan bersama dengan pasangan. Namun, perlu diingat bahwa normal bagi setiap pasangan untuk tidak menyukai atau melakukan setiap hal di bawah ini. Masih banyak habits yang bisa couples eksplor dan temukan bersama, di luar dari yang tertulis di bawah.

  1. Respect Your Relationship
    Couples setiap hubungan memiliki keistimewaannya masing-masing, tidak ada hubungan yang berjalan sama seperti yang dijalani oleh orang lain. Penting untuk kita tidak membanding-bandingkan hubungan yang dimiliki dengan pasangan lainnya.
  2. Intimacy
    Bukan hanya diekspresikan melalui tindakan dan fisik. Namun, couples juga dapat melakukannya melalui komunikasi yang jujur, keterbukaan mengenai perhatian, perasaan, dan impian yang dimiliki oleh pasangan. Berbagi cerita dan obrolan dapat membantu pasangan menemukan sudut pandang baru dan jalan keluar ketika menemui suatu masalah.
  3. Apologizing and forgiving
    Memaafkan dan mengampuni termasuk dalam inti hubungan yang bahagia. Namun, perlu dipahami juga bahwa proses ini bergerak ke perbaikan perilaku yang lebih positif ke depannya untuk membangun hubungan yang lebih harmonis.
  4. Daily Essential Habits
    Kebiasaan sehari-hari bisa sesederhana dengan mengungkapkan perasaan-perasaan yang dimiliki kepada pasangan. Ucapan terima kasih, ungkapan kasih, apresiasi positif, dan sapaan sangat baik untuk dikomunikasikan kepada pasangan. Hal ini agar pasangan tahu bahwa dirinya tetap berarti dan dihargai.
  5. Jelajahi Hal-hal Baru Bersama
    Mencoba hal-hal baru bersama pasangan dapat berkontribusi dalam mengurangi rasa bosan hubungan karena kegiatan yang monoton. Couples dapat mempertimbangkan untuk keluar dari rutinitas dan mencoba kegiatan baru bersama, misalnya menjadi sukarelawan, pergi refleksi bersama, atau menjelajahi pemandangan di lingkungan yang baru. Hal-hal baru yang dilakukan dapat menghidupkan kembali kegembiraan dan kehidupan hubungan. 
  6. Meluangkan Waktu untuk Pasangan
    Hal ini mungkin akan sulit dilakukan ketika kondisi dalam kehidupan berubah, seperti  jadwal pekerjaan yang padat dan kesibukan akan aktivitas lain di luar keluarga bertambah. Namun, selalu usahakan untuk memprioritaskan dan meluangkan waktu untuk pasangan. Waktu khusus bersama pasangan tidak mesti pergi ke tempat mahal atau mewah, lakukan hal sederhana yang couples berdua nikmati. Memasak bersama lalu menikmati hidangan yang ada, movie night, rekreasi di taman, olahraga bersama, atau bahkan sekadar merawat kebun di rumah. Kegiatan-kegiatan santai tersebut dapat menghadirkan perasaan nyaman di hati pasangan anda.

 

Baca juga: Mindset Yang Perlu Ditanam Bersama Pasangan Demi Menjaga Hubungan Sehat
https://focusonthefamily.id/mindset-yang-perlu-ditanam-bersama-pasangan-demi-menjaga-hubungan-sehat/

Bahkan bila ternyata perjalanan bersama pasangan menemui banyak pasang surut, jangan lupa untuk dapat selalu menemukan momen-momen sederhana yang bermakna di tengah kompleksitas yang terjadi. Nyatanya, tidak diperlukan hal besar untuk menciptakan bahagia dengan pasangan anda, nikmati dan jalani hal sederhana yang mengingatkan anda terhadap pasangan, begitupun sebaliknya. 

“Good relationships don’t just happen. They take time, patience, and two people who truly want to be together”

Jatuh cinta adalah mudah, namun membangun cinta setiap hari tidaklah mudah karena membutuhkan usaha dan komitmen untuk terus memupuk dan menjaganya. Kami menyediakan beragam seminar bagi pasangan suami istri yang sesuai dengan kebutuhan Anda, juga program “Journey to Us” untuk menjaga dan meningkatkan hubungan Anda dengan orang terkasih. Couples dapat menghubungi kami melalui direct message Instagram kami @focusonthefamilyindonesia atau WhatsApp pada nomor +6282110104006.

 

Referensi:

Arief, M. M., Hermina, D., & Huda, N. (2022). TEORI HABIT PERSPEKTIF PSIKOLOGI DAN PENDIDIKAN ISLAM. e-journal.metrouniv.ac.id. https://doi.org/10.32332/riayah.v7i1.4849\

Chan, S. F. (2024, June 27). What to do when your marriage feels boring – Focus on the Family Singapore. Focus on the Family Singapore – Helping Families Thrive. https://family.org.sg/resource/what-to-do-when-your-marriage-feels-boring/ 

Gunawan, H. (2012). Pendidikan karakter: konsep dan implementasi.

Harahap, S. R. (2020). Konseling: kebiasaan belajar siswa dimasa pandemi Covid-19. AL-IRSYAD, 10(1). https://doi.org/10.30829/al-irsyad.v10i1.7639 

Rusnak, J. (2024, September 13). Unhappy Marriage? Fix It with These Simple Habits for Marital Happiness. Focus on the Family. https://www.focusonthefamily.com/marriage/crisis-management-marriage/unhappy-marriage-fix-it-with-these-simple-habits-for-marital-happiness/

Uncategorized

Kekuatan dari Menerima dan Mencintai Tubuh Kita (Body Positivity)

Champs, pernahkah merasa tidak nyaman di tengah ramainya standar kecantikan dan ekspektasi sosial yang seringkali membebani kehidupan kita saat ini? Hal ini terjadi terutama karena banyaknya postingan di media sosial yang tidak lepas dari ekspektasi tersebut. Fenomena ini seringkali dapat memengaruhi cara pandang seseorang mengenai bentuk tubuh yang ideal, termasuk para remaja yang tidak lepas dari standar kecantikan di masyarakat.

Seorang wanita, seringnya dianggap ideal jika memiliki tubuh ramping, tinggi, dan kulit yang cerah. Sebaliknya, seorang pria biasanya dianggap menarik jika dia memiliki tubuh berotot, gagah, dan tinggi. Padahal, setiap kita terlahir dengan bentuk tubuh yang berbeda dan menjadi keunikan kita masing-masing. Champs, penting untuk mengingat bahwa setiap tubuh memiliki keunikan dan nilai tersendiri yang tidak harus sama dengan semua orang. Maka dari itu, gerakan-gerakan yang menyuarakan statement “mencintai tubuh apa adanya” sedang banyak diperjuangkan melalui kampanye body positivity.

Baca juga: Apakah aku mencoba fitting in ke dalam grup pertemananku?
https://focusonthefamily.id/apakah-aku-mencoba-fitting-in-ke-dalam-grup-pertemananku/

Body positivity sendiri bertujuan untuk melawan gagasan penampilan yang dominan, memupuk penerimaan dan penghormatan terhadap semua orang terlepas dari bentuk, ukuran, dan penampilan mereka. Juga, memfokuskan diri pada penghargaan terhadap fungsi dan kesehatan tubuh daripada hanya berfokus dengan penampilan saja (Sastre, 2014). Body positivity tidak hanya membahas tentang mencintai diri sendiri, tetapi juga tentang merayakan keberagaman tubuh dan menolak norma-norma yang tidak realistis. Melalui body positivity, dapat membantu kita membangun rasa percaya diri dan kesehatan mental yang lebih baik.

Body positivity berupaya membantu seseorang mengembangkan citra tubuh yang sehat. Citra tubuh merupakan persepsi subjektif tentang tubuh diri sendiri yang mungkin berbeda dengan penampilan tubuh mereka yang sebenarnya. Hal ini dapat menyebabkan munculnya perasaan, pikiran, dan perilaku yang berdampak pada kesehatan mental dan cara mereka memperlakukan diri sendiri. Citra tubuh juga berperan dalam bagaimana orang merasa tentang penampilan mereka dan bagaimana mereka menilai nilai diri mereka. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa memiliki citra tubuh yang positif dikaitkan dengan penurunan risiko depresi, harga diri yang lebih tinggi, dan lebih sedikit perilaku diet (Gillen, 2015).

“The most beautiful thing you can wear is confidence” – Blake Lively

 

Champs, meningkatkan body positivity dapat dilakukan dengan menumbuhkan penerimaan dan kecintaan terhadap tubuh kita sendiri, disertai dengan upaya untuk menjaga dan merawat diri.

  1. Bersikap realistis, yaitu kita tidak memiliki keharusan untuk mengikuti citra tubuh “ideal” yang diusung oleh masyarakat karena kita semua berharga dan bernilai meski berbeda-beda.
  2. Menerapkan body neutrality, tidak masalah untuk mengakui bahwa kita tidak selalu menyukai segala sesuatu tentang tubuh kita. Ada saat-saat ketika kita merasa lemah, tidak menyukai bagian tertentu dari diri, dan membandingkan diri kita dengan orang lain. Kita dapat terus mencoba menemukan cara baru untuk menghindari pola pikir negatif yang berkontribusi pada citra tubuh yang buruk.
  3. Mencoba self-care yang berfokus pada kesehatan tubuh, perawatan diri yang berfokus untuk melakukan hal-hal yang membuat kita merasa nyaman dengan tubuh yang dimiliki sekarang. Makan makanan sehat untuk menambah energi pada pikiran dan tubuh. Olahraga karena dapat membantu kita sehat, kuat dan berenergi, bukan karena kita mencoba mengubah atau mengontrol bentuk tubuh agar sesuai dengan standar masyarakat.
  4. Membersihkan media sosial, membersihkan akun-akun yang membuat kita merasa tidak nyaman dengan diri sendiri dan terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain. Champs dapat mengikuti akun-akun yang secara positif membahas tubuh, mencakup keberagaman jenis, bentuk, warna, dan kemampuan tubuh.

Namun, juga perlu diperhatikan oleh kita semua untuk tidak menyalahgunakan istilah body positivity sebagai ajakan untuk abai dalam merawat diri, terlebih dalam menjaga kesehatan tubuh. Perlu dipahami bahwa body positivity bertujuan untuk membantu individu dengan kondisi tertentu merasa lebih nyaman, percaya diri, dan aman dengan dirinya sendiri. Body positivity mendukung kita untuk menerapkan kebiasaan baik dan kesehatan tubuh. Kesehatan adalah konsep yang kompleks, bukan hanya mengenai berat atau ukuran tubuh. Body positivity sejalan dengan kesejahteraan holistik, termasuk kesehatan mental, emosional, dan fisik.

Champs, mari kita bersama-sama mengimplementasikan rasa penerimaan dan cinta, serta menekankan bahwa semua tubuh berhak dihormati terlepas dari bagaimana penampilan kita. Saat kita peduli dan mencintai sesuatu terlebih tubuh kita sendiri, kita akan selalu berusaha untuk menjaga dan merawatnya.

“You deserve to be loved without having to hide any part of yourself”

 

Apabila champs mengalami kebingungan dan kesulitan, Focus on the Family Indonesia siap membantu champs berproses dalam menumbuhkan penerimaan dan kecintaan diri melalui program konseling, kita bisa berdiskusi dengan tenaga profesional. Champs dapat menghubungi kami melalui direct message Instagram kami @noapologiesindonesia atau melalui WhatsApp pada nomor +6282110104006.

 

Referensi: 

Clinic, C. (2024, June 27). What’s the difference between body positivity and body neutrality? Cleveland Clinic. https://health.clevelandclinic.org/body-positivity-vs-body-neutrality

Cherry, K. (2024, May 13). What is body positivity? Verywell Mind. https://www.verywellmind.com/what-is-body-positivity-4773402#citation-15 

Gillen, M. M. (2015). Associations between positive body image and indicators of men’s and women’s mental and physical health. Body Image, 13, 67–74. https://doi.org/10.1016/j.bodyim.2015.01.002 

Sastre, A. (2014). Towards a radical body positive. Feminist Media Studies, 14(6), 929–943. https://doi.org/10.1080/14680777.2014.883420

 

Uncategorized

Menyelesaikan Konflik dengan Pasangan: Kunci untuk Hubungan yang Lebih Bahagia

Di dalam semua hubungan tentu tidak asing dengan adanya konflik atau perselisihan, terutama bagi pasangan yang sedang menjalin hubungan asmara. Mempertemukan kedua pihak dengan berbagai perbedaan, bukan hal yang mudah untuk dilalui tanpa adanya kendala. Couples, konflik adalah hal yang wajar dan tidak harus menjadi sesuatu yang negatif dalam hubungan Anda.

Konflik dapat membuat pasangan belajar mengenai satu sama lain, membuka pikiran pasangan  terhadap ide-ide baru, dan membantu untuk tumbuh bersama. Namun, hal ini dapat dicapai dalam bentuk pertengkaran yang konstruktif. Pertengkaran yang konstruktif artinya berfokus pada tujuan akhir, yaitu penyelesaian konflik secara damai dan memperkuat pernikahan. Hal ini juga berarti tidak menyerang pasangan atau menyakiti mereka dengan sengaja melalui hinaan, panggilan nama, ataupun ancaman. Saat berkonflik, couples dapat meminta waktu istirahat ketika emosi memuncak dan membicarakannya dalam waktu yang lebih kondusif.

Setiap pasangan mampu menyelesaikan konflik, namun tidak semua pasangan dapat menyelesaikannya dengan cara yang bijak. Perceraian dapat terjadi karena ketidakcakapan pasangan dalam menghadapi konflik dalam pernikahannya (Muhid et al., 2019). Bagi pasangan yang tidak puas dengan hubungan, mereka akan lebih cenderung mengkritik pasangannya yang dapat mengakibatkan meningkatnya ketegangan dalam hubungan. Kesalahpahaman yang terus meningkat dan ketegangan yang menumpuk dapat merusak hubungan yang erat. Pasangan lebih mungkin untuk bercerai ketika pasangan melaporkan ketegangan perkawinan yang lebih tinggi yaitu, perasaan tegang, kesal, jengkel (Birditt et al., 2017).

“How you approach conflict resolution in your relationship, however, may directly impact the health of your bond.” – Hope Gillette

 

Mengembangkan strategi penyelesaian konflik yang spesifik dapat membantu mengubah perselisihan dengan pasangan menjadi peluang untuk berkembang bersama. Couples dapat menggunakan empat langkah menangani konflik berikut (Grieger, 2015).

  1. Mengeliminasi gangguan dalam hubungan. Pertama, sangat penting untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi emosi yang akan menghalangi penyelesaian konflik, seperti rasa sakit hati, kemarahan, dan kebencian. Bila tidak, kedua belah pihak sulit untuk mendengarkan dengan sabar dan terbuka terhadap apa yang dikatakan pihak lainnya.
  2. Berkomitmen pada sikap saling menguntungkan. Setiap pihak harus berkomitmen untuk menemukan solusi yang sama-sama menguntungkan bagi keduanya, juga sama-sama termotivasi dan terbuka untuk berubah.
  3. Mendengarkan dengan baik dan penuh perhatian. Solusi yang saling menguntungkan akan lebih mungkin terjadi jika couples secara aktif mendengarkan satu sama lain. Setiap individu tahu seperti apa yang mereka inginkan, namun mereka juga harus mendengarkan, menghindari kritik, dan penghakiman satu sama lain.
  4. Latihan untuk bertukar pikiran secara aktif. Couples dapat melanjutkan untuk mengidentifikasi resolusi yang dapat diterapkan dengan berbagi ide, harapan, kebutuhan, tujuan, dan kekhawatiran sampai menemukan solusi yang memuaskan keduanya.

”When you two get into a fight, remember. It’s you & her vs the problem, not you vs her”

 

Mengembangkan keterampilan resolusi konflik dapat membantu Anda dan pasangan, menghadapi ketidaksepakatan dengan kebaikan, pengertian, dan kasih sayang, bukan dengan kebencian dan sikap defensif.

Focus on the Family Indonesia mendukung para couples melalui layanan konseling pasangan dan program khusus bagi anda dan pasangan yaitu Journey to Us. Couples dapat menjangkau kami melalui direct message Instagram kami @focusonthefamilyindonesia atau WhatsApp pada nomor +6282110104006.

 

Referensi:

Birditt, K. S., Wan, W. H., Orbuch, T. L., & Antonucci, T. C. (2017). The development of marital tension: Implications for divorce among married couples. Developmental Psychology, 53(10), 1995–2006. https://doi.org/10.1037/dev0000379

Grieger, R. (2015). The Couples Therapy Companion: A Cognitive Behavior Workbook. https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-030-02723-0_13

Muhid, A., Nurmamita, P. E., & Hanim, L. M. (2019). Resolusi Konflik dan Kepuasan Pernikahan: Analisis Perbandingan Berdasarkan Aspek Demografi. Mediapsi, 5(1), 49–61. https://doi.org/10.21776/ub.mps.2019.005.01.5

Rubenstein, J. L., & Feldman, S. S. (1993). Conflict-Resolution behavior in adolescent boys: antecedents and adaptational correlates. Journal of Research on Adolescence, 3(1), 41–66. https://doi.org/10.1207/s15327795jra0301_3

 

Uncategorized

Mengapa Anak Perlu Pendampingan saat Menggunakan Toilet Umum?

Parents, belum lama ini terdapat suatu unggahan di media sosial terkait himbauan untuk tidak membiarkan anak pergi ke toilet umum sendirian. Dalam unggahan, terdapat pesan yang bertuliskan, “Mau semandiri apapun anakmu, jangan biarkan dia pergi ke toilet umum sendirian! Jangan.” 

Isi unggahan tersebut secara cepat meluas dan menjadi sarana publik untuk saling berbagi kekhawatiran, serta pengalaman yang pernah dialami oleh anak saat ke toilet umum sendiri. Hal ini tentu saja membuat para orang tua merasa cemas terkait keselamatan anak-anak mereka ketika pergi ke toilet umum sendirian.

Mengapa perlu untuk menemani anak ketika menggunakan toilet umum?
Alasan utamanya adalah untuk menjaga keamanan anak dari hal-hal yang tidak diinginkan. Parents, mungkin memiliki anggapan untuk menumbuhkan kemandirian pada anak, ketika mereka mampu untuk pergi ke toilet umum sendirian. Meski demikian, bukan berarti parents bisa melepas anak begitu saja untuk ke toilet umum seorang diri. Hal ini terjadi bukan karena orang tua yang bersikap over protective atau mengesampingkan kemandirian anak. Namun, ini terkait dengan memastikan keamanan anak dan melindungi mereka dari bahaya.

“Still, as their parents, we have to balance our children’s autonomy with our need to protect them from the real dangers in the world.” – Veronica Wells

Banyak kasus yang telah terjadi, menunjukkan bahwa tempat seperti toilet umum dapat menjadi tempat yang rawan bagi predator seksual untuk melakukan aksi mereka. Pelaku kejahatan seksual, terutama pedofil sering memanfaatkan toilet umum sebagai tempat untuk mendekati anak-anak. Hal ini karena kondisi toilet umum yang sepi dan minim pengawasan (kamera cctv), sehingga mudah bagi seseorang memanfaatkan momen ini untuk melecehkan atau memberikan tindak kekerasan pada anak. Bukan hanya terkait dengan kekerasan seksual, anak juga dapat menemui situasi bahaya lainnya seperti kehilangan jejak karena tidak ada pengawasan dari orang tua. Maka, parents dan juga masyarakat sekitar perlu memperingatkan pentingnya pengawasan ekstra kepada anak saat menggunakan fasilitas umum.

Langkah yang bisa dilakukan untuk melindungi anak ketika pergi ke toilet umum.
Parents, disarankan agar anak-anak di bawah 6 tahun tidak pergi ke toilet umum tanpa pendamping. Terlepas dari keadaan yang terjadi mereka harus selalu ditemani dan untuk anak yang lebih besar, orang tua dapat mengawasi mereka dari pintu keluar. Hal-hal lain yang juga perlu diperhatikan oleh orang tua, seperti berikut ini.

  1. Mengajarkan kepada anak untuk selalu memberitahu dan meminta izin sebelum pergi ke toilet umum.
  2. Membawa anak ke toilet umum sesuai gender memang hal yang wajib dilakukan. Meski demikian, dalam beberapa situasi anak bisa dibawa ke toilet umum sesuai gender dari sang Ibu hingga usia empat tahun atau disesuaikan dengan kenyamanan sang anak. Setelah usianya lebih besar, anak bisa memilih menggunakan toilet sesuai gender mereka. Namun, tetap dengan pendampingan dari orang dewasa untuk menemaninya maksimal dengan jarak dengar atau pandang yang tepat.
  3. Parents dapat membantu anak untuk memilih urinoir atau bilik yang paling dekat dengan pintu keluar. Sehingga bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, anak dapat lebih mudah untuk keluar dari ruangan.
  4. Orang tua bisa mengajari anak untuk menolak interaksi dalam bentuk apapun dengan orang asing saat di tempat umum, termasuk toilet. Memberikan edukasi kepada anak bila terjadi sesuatu atau mereka dihadapkan pada situasi yang berbahaya. Orang tua dapat mengajari anak untuk melakukan self defense, seperti menginjak kaki pelaku, mendorong pelaku, berteriak meminta tolong, dan sesegera mungkin lari keluar.
  5. Parents dapat membahas terkait good touch bad touch, area tubuh yang boleh disentuh dan tidak. Area tubuh “tidak boleh disentuh/bagian pribadi” adalah bagian yang tertutupi saat anak mengenakan baju atasan dan celana.

Baca juga: Bimbing Anak untuk Mengenal Sentuhan yang Aman (Good Touch Bad Touch)

Pencegahan terhadap hal yang tidak menyenangkan, terutama tindakan pelecehan seksual pada anak di ruang publik merupakan tanggung jawab bersama. Bukan hanya peran orang tua untuk memastikan keamanan anaknya, tetapi peran masyarakat dan pemerintah juga sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak. Masyarakat dapat saling menjaga dan mengawasi anak-anak di lingkungan sekitar. Pun, ketika melihat percobaan pelecehan seksual pada anak di lingkungan sekitar, masyarakat dapat membantu dan melaporkan kepada pihak berwajib atau lembaga perlindungan anak. Kita juga dapat menyuarakan aspirasi untuk mendukung dan memperbanyak fasilitas umum yang ramah anak, seperti family restroom.

“Pencegahan pelecehan seksual adalah upaya jangka panjang yang membutuhkan komitmen dan kerja sama dari semua pihak. Setiap individu memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak.”

Parents, seperti yang sudah dibahas sebelumnya, sangat penting untuk tetap mendampingi anak saat menggunakan toilet umum, setidaknya sampai mereka cukup dewasa untuk mengatasi situasi terkait keamanan diri dengan baik. Ini adalah langkah penting untuk melindungi mereka dan memastikan bahwa mereka merasa aman dan nyaman di lingkungan publik.

Focus on the Family Indonesia mendukung para parent, menciptakan lingkungan yang aman untuk anak bertumbuh. FOFI menyediakan program konseling untuk parents agar bisa berdiskusi dengan tenaga profesional. FOFI juga menyediakan berbagai program dan seputar parenting, seperti Parental Guidance dan Parenting Seminar. Parents dapat menghubungi kami melalui direct message Instagram kami @focusonthefamilyindonesia atau WhatsApp pada nomor +6282110104006.

Uncategorized

Tips Tetap Otentik untuk Remaja dalam Menghadapi Perbandingan Sosial di Media

Champs, di dunia yang serba online seperti sekarang ini, media sosial telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita semua. Platform seperti Instagram, YouTube, dan TikTok sangat populer digunakan oleh kita, para remaja. Media sosial tidak hanya digunakan untuk tetap terhubung dengan teman, tetapi juga untuk berbagi momen kehidupan melalui fitur-fitur canggih yang disediakan. Champs, pernahkah melihat seseorang di media sosial dengan segala prestasi dan pencapaiannya, lalu membandingkan diri dengan orang tersebut. Tidak selesai sampai disana, kadang kala juga hadir perasaan rendah diri, tidak nyaman, dan merasa diri sendiri kurang baik, hal ini bisa dikaitkan dengan munculnya social comparison melalui media sosial.

Media sosial tidak diragukan lagi menawarkan banyak keuntungan bagi kita dengan menyediakan akses dan koneksi ke orang-orang, layanan, informasi, dan kesempatan yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan. Berdasarkan data dari Databoks (2024), total pengguna media sosial di Indonesia pada tahun 2024, yaitu 191 juta pengguna (73,7% dari populasi). Sementara dari segi umur sendiri, pengguna media sosial didominasi oleh usia 18-34 tahun (54,1%). Hal ini mendorong munculnya isu kesehatan mental remaja mengenai hubungan antara penggunaan media sosial yang lebih besar dengan skor depresi dan kecemasan yang lebih tinggi, waktu tidur tidak cukup, rendahnya rasa percaya diri, dan masalah citra tubuh (Kelly et al., 2018). Social comparison dapat menjadi sarana yang menjembatani hubungan antara penggunaan media sosial dan efek psikologis yang negatif bagi pengguna, termasuk di dalamnya para remaja.

Baca juga: Bagaimana Media Berinteraksi Dengan Perkembangan Interpersonal Anak? https://focusonthefamily.id/bagaimana-media-berinteraksi-dengan-perkembangan-interpersonal-anak/

Social comparison yaitu individu menilai harga diri mereka dengan membandingkan diri mereka sendiri dengan orang lain. Kecenderungan untuk menggunakan orang lain sebagai sumber informasi untuk menentukan seberapa baik kita dibandingkan dengan orang lain (ability comparison) atau bagaimana kita harus berperilaku, berpikir, dan merasa (opinion comparison) (Festinger, 1954). Ada dua jenis perbandingan sosial yang dapat dikelompokkan sebagai berikut.

  • Upward social comparison, yaitu ketika seseorang membandingkan kemampuan, pendapat atau sifatnya dengan orang lain yang dinilai lebih baik dari dirinya. Hal ini sering kali bisa membuat perasaan insecure atau sebaliknya, yaitu termotivasi untuk menjadi versi yang lebih baik dari diri kita sendiri.
  • Downward social comparison, yaitu seseorang membandingkan kehidupan mereka dengan seseorang yang kurang terampil atau yang dinilai tidak sebaik dirinya. Perbandingan ini bisa meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri seseorang, namun bisa juga membuat kita jadi memandang rendah orang lain.

Champs, baik disadari maupun tidak media sosial mendorong meningkatnya social comparison karena banyak pengguna yang disuguhi gambar dan konten yang dibagikan oleh sesama pengguna untuk dijadikan sebagai bahan perbandingan. Ketika membuka laman sosial media kita, banyak postingan gambar yang di-photoshop atau influencer yang dibayar untuk tampil dengan cara tertentu. Pengguna media sosial juga cenderung mempercayai bahwa orang lain yang mereka lihat di media sosial, lebih bahagia dan menjalani kehidupan yang lebih baik daripada kehidupan diri sendiri. Padahal unggahan-unggahan di media sosial seringkali hanya menampilkan bagian terbaik dari kehidupan seseorang, maka unggahan tersebut merepresentasikan ekspektasi yang tidak realistis. Inilah sebabnya mengapa perbandingan sosial jauh lebih kuat di media sosial dan juga menyebabkan konsekuensi yang tidak sehat.

Beberapa tips yang bisa champs lakukan untuk meminimalisir social comparison ketika menggunakan media sosial, serta tips untuk meningkatkan self-worth diri:

  1. Ingatlah bahwa orang memilih bagaimana mereka ingin menampilkan diri mereka. Banyak unggahan dirancang hanya untuk menarik perhatian yang bukan merupakan realitanya. 
  2. Mengubah atau “membersihkan” feed media sosial. Mengubah feed media sosial dapat membantu agar lebih positif secara pikiran dan citra diri seseorang. Proses ini dapat mencakup berhenti mengikuti orang-orang yang cenderung membuat kita membandingkan diri dengan mereka. Champs juga dapat mencoba mengikuti lebih banyak orang yang lebih otentik dalam menceritakan pengalaman negatif dan positif mereka, serta postingan yang menginspirasi diri.
  3. Menonaktifkan media sosial jika diperlukan. Saat suasana hati kita sedang tidak baik atau sedang menghadapi tantangan yang berat, kita bisa memilih untuk menghindari media sosial. Memilih untuk istirahat sejenak dan fokus pada diri champs sendiri. Champs juga dapat membuat batasan berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk menggunakan media sosial setiap harinya.
  4. Melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan self-esteem. Membangun self-esteem dapat membantu mengurangi perbandingan dengan orang lain dan berfungsi sebagai cara untuk mendukung kesehatan fisik dan mental kita. Kegiatan ini mencakup mengidentifikasi kekuatan diri, melakukan self talk yang positif, dan terlibat dalam kegiatan/hobi yang menyenangkan yang membuat champs merasa nyaman dan bertumbuh dalam diri kita sendiri.
  5. Fokus pada kekuatan diri. Kita dapat menjadi rendah hati dan mulai mengenali kekuatan, bakat, dan pencapaian diri kita sendiri. Champs bisa memulai dengan menuliskan tiga hal yang benar-benar disukai dari diri kita sendiri dan juga hal-hal yang dapat diidentifikasi sebagai kekuatan diri serta mengembangkannya.
  6. Belajarlah untuk bersaing dengan diri sendiri, bukan dengan orang lain. Alih-alih berfokus pada membandingkan diri dengan orang lain, kita dapat mulai berfokus pada tujuan. Serta, jauh lebih baik untuk membandingkan diri kita saat ini dengan diri kita yang kemarin, bukan dengan kehidupan orang lain.
  7. Berlatih untuk bersyukur. Champs bisa mulai fokus pada apa yang dimiliki dalam hidup ini dibandingkan dengan apa yang tidak dimiliki. Hal ini bisa jadi kecil, tapi mengakui dan mengapresiasi apa yang telah kita miliki bisa sangat membantu dalam mengurangi perbandingan dengan orang lain.

Champs, percayalah bahwa setiap orang memiliki perjalanannya sendiri. Baik dalam dunia maya maupun dalam dunia realita, kita tidak perlu merasa khawatir bila kita tidak seperti orang lain yang dilihat. Beberapa orang mungkin memiliki perjalanan yang lebih cepat dan lancar, sementara yang lain membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengeksplorasi dan berjuang sebelum mencapai tujuan mereka. Nyatanya setiap orang memiliki kehidupan, perjalanan, dan tantangannya masing-masing.

Focus on the Family Indonesia mendukung para remaja untuk menyikapi perkembangan dunia digital dengan batasan yang sehat melalui program “No Apologies” juga program mentoring & konseling untuk champs bisa berdiskusi dengan tenaga profesional untuk perkembangan diri. Champs dapat menghubungi kami melalui direct message Instagram kami @focusonthefamilyindonesia atau WhatsApp pada nomor +6282110104006.

“Self respect, self worth, and self love, all start with self. Stop looking outside of yourself for your value” – Rob Liano

 

Referensi:

Chien, G. (2022, January 6). Social Comparisons in Social Media: Why are Others Doing so Well? Medium. https://cppastudents.medium.com/social-comparisons-in-social-media-positive-psychology-concept-series-694796b751c

Festinger, L. (1954). A theory of social comparison processes. Human Relations, 7(2), 117–140. https://doi.org/10.1177/001872675400700202

Kelly, Y., Zilanawala, A., Booker, C., & Sacker, A. (2018). Social media use and adolescent Mental health: Findings from the UK Millennium Cohort Study. EClinicalMedicine, 6, 59–68. https://doi.org/10.1016/j.eclinm.2018.12.005

The Jed Foundation. (2023, May 11). Understanding social comparison on social media | JED. https://jedfoundation.org/resource/understanding-social-comparison-on-social-media/

 

Uncategorized

Pola Komunikasi Pasangan: Seni Mendengarkan

Dalam suatu hubungan bersama pasangan, tentu memiliki pola komunikasi yang berbeda dengan pasangan lainnya. Hal ini termasuk topik yang dibahas, durasi, gaya, dan kualitas komunikasi yang terbentuk. 

Couples mungkin menemukan kesulitan untuk dapat membangun komunikasi ideal di tengah kehidupan pernikahan yang senantiasa mengalami perubahan seiring dengan kematangan masing-masing pasangan. Perjalanan hubungan yang disertai persoalan, kebutuhan, keinginan, harapan, dan masalah-masalah baru. Meski begitu, komunikasi merupakan indikator penting dari menjaga kualitas dan stabilitas hubungan, terutama pernikahan. 

Di bulan dan tahun pertama Couples mungkin akan merasa antusias dengan komunikasi bersama dengan pasangan. Namun, setelah lima, sepuluh tahun bersama, akan ada fase dimana komunikasi yang dibangun menjadi berkurang dan tidak bermakna lagi. Komunikasi bukan sekadar percakapan santai yang dilakukan untuk bertegur sapa atau menanyakan kesibukan satu sama lain. Kita cenderung melupakan pentingnya berbicara, berbagi, dan komunikasi verbal secara umum dengan pasangan karena kesibukan dan rutinitas yang melelahkan. Meskipun semua hubungan memiliki pasang surutnya sendiri, dapat berbicara dengan pasangan berarti kita dapat berbagi kekhawatiran, menunjukkan dukungan satu sama lain, dan bekerja sama untuk menangani konflik dengan lebih efektif. Segalanya ini penting untuk dikomunikasikan bersama pasangan agar tetap harmonis dan intens.

“Talking about everything means sharing details from your day, expressing your thoughts, talking about something that bothers you, or something that brings you joy. Everything.” – Callisto Adams

 

Komunikasi yang dapat dilakukan adalah komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi yang efektif, yang mempunyai ciri saling terbuka, empati, saling mendukung, sikap positif dan kesetaraan (Devito, 2011). Komunikasi interpersonal dalam pernikahan dapat dikatakan sukses jika masing-masing pasangan mendapatkan banyak informasi tentang pasangannya selama berkomunikasi, misalnya mengetahui keinginan pasangan, perasaaan, maupun hal-hal yang sedang dipikirkan oleh pasangan secara positif. Komunikasi interpersonal dapat dikatakan gagal jika informasi yang didapatkan pasangan selama berkomunikasi tidak berkembang atau dangkal. Namun, perlu dipahami pula bahwa komunikasi dalam pernikahan tidak terjadi begitu saja, namun perlu dipupuk dan dijaga agar hubungan bersama pasangan semakin baik.

Menurut Gunarsa, keberhasilan komunikasi interpersonal bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut (Marheni, 2019). 

  • Kepercayaan, rasa percaya dan dipercaya dapat membuat individu merasa nyaman untuk menampilkan diri yang sesungguhnya di depan pasangan. Semakin besar rasa percaya tersebut, semakin mudah seseorang untuk terbuka dengan pasangannya.
  • Perilaku suportif, pasangan mampu menyampaikan pikiran dan perasaan sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan bagi pasangannya. Pasangan yang suportif dapat bersama-sama mencari solusi bila ada permasalahan dalam hubungan. Perilaku suportif juga dapat dilihat melalui spontanitas pasangan dalam bersikap tanpa ada niat tertentu, yaitu ikut bahagia bila pasangannya berhasil ataupun sebaliknya. 
  • Empati, seseorang dapat memahami dan peka terhadap  apa yang sedang dialami oleh pasangannya.
  • Persamaan, pasangan tidak meributkan atau mempermasalahkan perbedaan yang dimiliki masing-masing. Namun, couples dapat lebih berfokus pada sikap saling menghormati dan menghargai pendapat, sikap, perilaku, dan keyakinan yang berbeda dengan membuat sebuah kesepakatan yang saling melengkapi.

Komunikasi yang terjalin dalam hubungan juga dilengkapi dengan keberanian couples untuk mengekspresikan ketakutan dan masa-masa sulit satu sama lain. Saat menghadapi suatu masalah, beberapa orang memilih berpaling menutup diri dari pasangan dan melampiaskan gejolak emosi tanpa ada penjelasan. Mulai saat ini, kita dapat memilih untuk mengomunikasikan kesulitan tersebut bersama pasangan. Cinta dalam hubungan akan meningkat bila couples dapat belajar untuk mengekspresikan kebutuhan emosional dengan pasangan agar mereka juga dapat memahami dan mendukung di masa sulit tersebut.

Couples, komunikasi bukan hanya tentang berbicara, melainkan juga seni mendengarkan yang sama pentingnya dalam membangun hubungan. Mendengarkan adalah salah satu keterampilan komunikasi yang paling penting. Ketika kita mendengarkan pasangan kita, hal ini menunjukkan bahwa kita peduli dengan mereka. Ketika mendengarkan, kita juga mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang perspektif pasangan. Menciptakan ruang yang nyaman dan aman bagi pasangan untuk berbicara dengan memberikan perhatian penuh ketika pasangan berbicara, mendengarkan untuk memahami, dan memvalidasi pikiran juga perasaan pasangannya. Seseorang yang merasa suara dan perasaannya didengarkan akan merasakan bentuk cinta dari pasangannya. Maka, setiap dari kita harus dapat berkomitmen untuk bersedia mendengarkan dan berbagi perasaan secara terbuka, begitupun sebaliknya.

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam hubungan apa pun. Tidak ada kata terlambat untuk membangun dan meningkatkan fondasi hubungan bersama pasangan. Meningkatkan dan memperbaiki komunikasi dalam hubungan akan selalu menghasilkan penguatan bagi hubungan bersama pasangan. Couples, jangan lupa untuk menggunakan komunikasi yang baik untuk mengomunikasikan penghargaan, cinta, dan rasa hormat satu sama lain.

A long-lasting and fulfilling relationship is built on a solid foundation of communication.” – Maddie Hundley

 

Focus on the Family Indonesia mendukung para couples melalui layanan konseling pasangan dan program Journey to Us. Kami berkomitmen untuk membantu couples memelihara hubungan pernikahan yang harmonis bersama pasangan Anda, dalam mengelola emosi, mengatasi konflik, dan membangun komunikasi yang efektif dengan pasangan. Couples dapat menjangkau kami melalui direct message Instagram kami @focusonthefamilyindonesia atau WhatsApp pada nomor +6282110104006.

 

Referensi:

Devito, J. A. (2011). Komunikasi antar manusia edisi kelima. Jakarta: Karisma Publishing Group.  

Marheni, A. I. (2019). Komunikasi interpersonal dalam pernikahan. Marheni | Solution : Journal of Counseling and Personal Development. https://e-journal.usd.ac.id/index.php/solution/article/view/2261

Tan, S. (2023, September 4). What happens when we truly listen to our spouse. Focus on the Family Singapore – Helping Families Thrive. https://family.org.sg/articles/what-happens-when-we-truly-listen-to-our-spouse/