Family Indonesia

Dinamika Persaingan Antar Saudara (Sibling Rivalry)

Dinamika Persaingan Antar Saudara (Sibling Rivalry)

Pertengkaran dan persaingan antar saudara, tentu bukan hal asing lagi untuk Parents yang memiliki anak lebih dari satu. Anak-anak yang mengejar perhatian orang tua, berkelahi, dan saling rebutan mainan seringkali mewarnai perjalanan tumbuh kembang anak. Parents mungkin saja sering merasa kesulitan menghadapi situasi dimana anak tidak akur dan penuh perselisihan.

 

Apa itu Sibling Rivalry?

Sibling rivalry adalah persaingan di antara saudara untuk mendapatkan cinta, kasih sayang, dan perhatian dari salah satu atau kedua orang tua atau untuk mendapatkan pengakuan atau keuntungan lainnya. Persaingan ini sering terjadi setelah kelahiran anak kedua dalam suatu keluarga dalam bentuk kompetisi, kecemburuan, kemarahan, bahkan perasaan benci.

Contoh sibling rivalry adalah ketika kakak yang lebih tua merasa kesepian dan kurang mendapatkan perhatian dari orang tua, setelah adiknya lahir. Di posisi sebagai adik, seseorang dapat merasa cemburu ketika sang kakak memiliki lebih banyak kebebasan melakukan sesuatu. Rasa cemburu yang dirasakan antar saudara dapat diutarakan secara berbeda-beda satu sama lain. Ada anak yang mengungkapkan hal tersebut dengan memberikan aduan mengenai kesalahan adik atau kakaknya. Juga, ada yang berperilaku dengan ingin tampil lebih baik dari saudaranya. Meskipun pertengkaran kecil dapat membantu anak belajar memecahkan masalah dan mengatasi konflik, konflik dan agresi tingkat tinggi antara saudara kandung dapat berdampak jangka panjang pada kesehatan mental anak. Oleh karena itu, parents harus membantu anak-anak dalam mengatasi tantangan tersebut.

Menurut Hurlock (1989), ciri-ciri sibling rivalry adalah tidak mau membantu saudara, tidak mau berbagi, tidak mau bermain dengan saudara atau mengasuh adik kecuali jika dipaksa, serangan agresif, dan merusak sesuatu milik saudaranya. Beberapa faktor yang mempengaruhi sibling rivalry dalam keluarga, yaitu: (Hurlock, 1989)

  • Sikap orang tua, perbedaan sikap yang diberikan orang tua antara anak pertama, kedua, dan seterusnya yang dapat menyebabkan rasa iri antar saudara.
  • Urutan posisi, berkaitan dengan beban dan tugas yang diemban seorang anak berdasarkan urutan kelahiran.
  • Jenis kelamin saudara kandung, anak laki-laki dan perempuan bereaksi yang berbeda terhadap saudara kandung yang sama jenis kelaminnya atau berbeda jenis kelaminnya.
  • Perbedaan usia, mempengaruhi cara mereka dalam bereaksi satu terhadap lain dan cara orang tua memperlakukan mereka. 
  • Jumlah saudara, keluarga kecil dapat meminimalisir pertengkaran antar saudara kandung karena dengan jumlah yang lebih sedikit, saudara dapat memiliki lebih banyak waktu untuk berkomunikasi dengan sesama. 
  • Jenis disiplin oleh orang tua. 
  • Pengaruh orang luar, dalam bentuk kehadiran orang luar di rumah, tekanan yang diberikan kepada anggota keluarga, dan perbandingan anak dengan saudaranya oleh orang luar rumah.

 

Bagaimana  Sibling Rivalry dapat Mempengaruhi Anak?

Dampak sibling rivalry dapat berupa dampak pada diri sendiri dan juga pada saudara. Dampak pada diri sendiri yaitu adanya tingkah laku regresi untuk mendapatkan perhatian orang tua dan self efficacy (keyakinan atau kepercayaan individu mengenai kemampuan dirinya) rendah. Dampak sibling rivalry terhadap saudara yaitu agresi dengan merusak barang milik saudaranya.  Kedua, tidak mau berbagi dengan saudara, tidak mau membantu karena perasaan bersaing dengan saudara, dan saling mengadukan kesalahan saudaranya. Sibling rivalry juga dapat berdampak pada orang lain. Ketika pola hubungan antar saudara kandung tidak baik, dapat terjadi pola hubungan yang tidak baik yang akan dibawa anak kepada pola hubungan sosial di luar rumah, seperti kebiasaan bertengkar (Hurlock,1989).

Beberapa hal yang dapat parent lakukan untuk meminimalisir terjadinya persaingan antar saudara dengan case mendapatkan anggota keluarga baru, yaitu anak diikutsertakan dalam persiapan menyambut sang adik. Parents juga dapat memberikan jaminan verbal kepada anak bahwa orang tua akan terus mencintainya bahkan setelah bayi lahir. Hal ini akan mengatasi rasa tidak aman yang mungkin dialami anak. Pemberian pujian verbal kepada anak yang ikut serta merawat bayi akan membantu mereka merasa diikutsertakan dan lebih dekat dengan sang adik.

Penting bagi parents untuk menekankan peran masing-masing individu dalam keluarga dan menciptakan lingkungan yang adil. Orang tua perlu menghindari perlakuan yang berbeda terhadap anak, serta tidak melakukan perbandingan antar anak mengenai kecerdasan, penampilan fisik, dan prestasi mereka (Volling et al., 2002). Persaingan antar saudara kadang tidak bisa dihindari, namun dapat diatasi dengan cara yang sehat. Orang tua yang mencontohkan keterampilan pemecahan masalah selama penyelesaian konflik dalam hubungan pernikahan dan keluarga.

Parents perlu mendukung anak untuk membangun hubungan saudara kandung yang hangat, penuh kasih sayang, dan keintiman. Hal ini karena hubungan saudara merupakan sumber dukungan material dan emosional, yang memiliki kekuatan untuk melindungi dari kesepian dan depresi individu. McHale menyebutkan bahwa saudara kandung seringkali menjadi orang-orang yang paling lama bertahan dan menemani dari masa kanak-kanak hingga tua, yang berarti dapat memahami saudaranya dengan cara yang tidak dapat dilakukan orang lain.

Focus on the Family Indonesia mendukung parents, memperlengkapi keluarga dengan nilai-nilai dan kompetensi untuk membangun keluarga yang sehat. Oleh sebab itu, FOFI menyediakan program konseling untuk parents agar bisa berdiskusi dengan tenaga profesional untuk perkembangan keluarga Anda. FOFI juga menyediakan program parenting ‘Raising Future Ready Kids’ yang dapat membekali parents dengan skills untuk mendampingi pertumbuhan anak dalam membangun komunikasi yang efektif. Parents dapat menghubungi kami melalui direct message Instagram kami @focusonthefamilyindonesia atau WhatsApp pada nomor +6282110104006.

 

Referensi:

Hurlock, E. (1989). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta:Erlangga. 

Putri, A. C. T. (2013). DAMPAK SIBLING RIVALRY(PERSAINGAN SAUDARA KANDUNG)PADA ANAK USIA DINI (Vol. 2, Issue 1). http://lib.unnes.ac.id/18553/

Volling, B. L., McElwain, N. L., & Miller, A. L. (2002). Emotion Regulation in Context: The Jealousy Complex between Young Siblings and Its Relations with Child and Family Characteristics. Child Development, 73(2), 581–600. https://doi.org/10.1111/1467-8624.00425 

Weir, K. (2022). Improving sibling relationships. https://www.apa.org. https://www.apa.org/monitor/2022/03/feature-sibling-relationships