Champs, pernahkah kamu merasa tertekan untuk melakukan sesuatu demi grup atau lingkungan pertemanan?
Mungkin yang kamu lakukan adalah perilaku fitting in. Apa itu?
Fitting in adalah ketika sebuah individu mengubah perilaku, penampilan, kepercayaan atau bahkan nilai-nilai pribadinya untuk menjadi bagian dari suatu kelompok. Dalam melakukan fitting in, seringkali youths terpaksa untuk menjadi ‘orang lain’ atau menyembunyikan dirinya yang sesungguhnya.
Contohnya, Dodi memaksakan diri untuk berkata kasar karena Ia ingin bergaul bersama sekelompok temannya yang sering berkata kasar. Dodi sebenarnya tidak nyaman mengungkapkan kata-kata kasar tersebut, tapi Ia beranggapan bahwa temannya akan memandangnya aneh apabila tidak berkata kasar sama sekali, jadi Ia tetap melakukan hal tersebut. Di dalam psikologi, perilaku fitting in ini juga bisa disebut sebagai ‘compliance’.
Ada banyak alasan kenapa champs melakukan fitting in, seperti:
- Perasaan ingin dianggap di dalam suatu kelompok sosial atau pertemanan
- Menghindari hukuman sosial (takut dibully atau diomongin)
- Sebagai bentuk penerimaan diri setelah diterima oleh kelompok sosial
- Agar dapat dipuji atau menjadi orang yang dipandang
Permasalahan dari melakukan fitting in adalah ketika individu terlalu memaksakan diri untuk melakukan sesuatu yang disukai oleh kelompok pertemanannya, meskipun Ia tahu bahwa hal tersebut buruk untuk dilakukan. Hal ini tidak menghindari bahwa individu tersebut bisa merasa bersalah atas tindakan-tindakan yang Ia lakukan untuk grup pertemanannya. Kalau sudah seperti ini, individu bisa merasa tidak tenang, tertekan, atau bahkan sebenarnya tidak nyaman berada di dalam lingkungan pertemanan tersebut.
Di sisi lain, wajar kalau kamu ingin berteman dengan orang banyak kok champs! Bagaimanapun, kita semua adalah makhluk sosial. Tapi, kamu boleh mulai bertanya kepada diri sendiri:
- Apakah aku diterima di grup pertemananku atau aku sering menyembunyikan jati diri ku?
- Apakah aku memaksakan diriku untuk melakukan sesuatu ketika aku sedang hang out dengan teman-temanku? Kenapa?
- Apakah tindakan yang aku lakukan untuk teman-temanku baik dan benar?
- Apakah aku nyaman melakukan tindakan-tindakan tersebut?
- Apakah tindakan-tindakan tersebut sesuai dengan nilai dan kepercayaanku?
Kalau sebagian besar jawabanmu pada pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah ‘tidak’, maka kamu mungkin harus mempertimbangkan pergaulanmu dalam pertemanan tersebut. Mintalah bimbingan orang tua, guru, atau mentor bagaimana sebaiknya kamu bertindak agar tidak terpengaruh secara buruk di dalam pertemanan tersebut.
“Your time is limited, don’t waste it living someone else’s life.”
—Steve Jobs
FOFI ingin berpesan agar champs dapat menjaga diri masing-masing dalam bergaul dengan grup pertemanan kamu. Hindari perilaku yang bisa berdampak buruk kepadamu dan selalu ingat bahwa pertemanan yang sehat adalah pertemanan yang bisa membuatmu merasakan ‘belonging’, di mana teman-temanmu bisa menerima keunikanmu dan mendukung perkembanganmu champs!
Referensi
Kelman, H. C. (1958). Compliance, identification, and internalization three processes of attitude change. Journal of Conflict Resolution, 2(1), 51–60. https://doi.org/10.1177/002200275800200106
Cherry, K. C. (2023). The psychology of compliance. Verywell Mind. https://www.verywellmind.com/what-is-compliance-2795888