Parents, berbicara seksualitas dengan anak bukan hanya sekedar pembahasan mengenai hubungan seks di luar nikah, seks bebas, ataupun pornografi.
Seksualitas termasuk memiliki aspek biopsikososial (biologis, psikologis, dan sosial) bagi anak dan perlu dikenalkan kepada anak sedini mungkin. Contohnya, pendekatan seksual secara sosial berkaitan dengan gender, peran gender, hubungan dengan orang lain, dan bagaimana seseorang mengomunikasikan perasaan tertentu terhadap orang lain. Maka dari itu, seksualitas merupakan spektrum yang sangat luas, bukan hanya berkaitan dengan hubungan suami istri.
Pandangan manusia yang seringkali terlalu sempit mengenai seksualitas membuat pembahasan mengenai hal ini menjadi tabu dan dinilai tidak baik. Padahal, seksualitas merupakan hal yang sangat luas dan bermakna untuk Parents kelola. Tanpa kita sadari, seksualitas dapat ditemukan di banyak media, seperti lirik lagu, bacaan, komik, dan film-film yang tersebar luas. Seksualitas dalam bentuk lirik lagu menggambarkan perasaan suka atau tertarik pada seseorang dan hal ini lumrah terjadi. Maka, ketika orang tua tidak membicarakan seksualitas dengan anak, orang tua menjadi satu-satunya pihak yang tidak berbicara hal tersebut di kehidupan anak.
Pembicaraan mengenai seksualitas harus bisa dibicarakan seperti hal biasa agar persepsi bahwa hal tersebut tabu, tidak terjadi lagi.
Di bawah ini akan dibahas mengenai topik seputaran seksualitas pada anak melalui perspektif orang tua dan guru.
“Apa tantangan membicarakan seksualitas bersama anak?”
Dari sudut pandang orang tua, tantangan pertama berkaitan dengan pengetahuan orang tua terkait seksualitas. Kurangnya pengetahuan akan membuat orang tua kesulitan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari sang anak. Hal ini juga dapat menghadirkan perasaan tidak nyaman dan tabu untuk membicarakan seputar seksualitas dengan anak.
Dari sudut pandang guru, tantangan ini berkaitan dengan perbedaan tingkat pengetahuan dan keterpaan anak terkait seksualitas, membuat edukasi di sekolah mengenai seksualitas tidak bisa disamaratakan untuk semua anak.
“Hal yang dapat terjadi ketika tidak ada perbincangan mengenai seksualitas dengan anak?”
Anak yang tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya di dalam keluarga. Juga, karena mudahnya akses mendapatkan informasi melalui media sosial. Anak akan mencari informasi terlebih dahulu dari luar yang bisa jadi informasi tersebut keliru. Pengetahuan keliru ini dapat membentuk perilaku keliru yang tidak sesuai norma karena rasa penasaran pada anak. Membicarakan seksualitas dengan anak mendorong langkah untuk anak tau dari sumber yang benar.
Anak yang tidak mendapatkan edukasi seksual di rumah, dapat mudah terbawa oleh perkataan temannya dan ikut arus pergaulan yang salah ketika di sekolah.
Pubertas dan Seksualitas
Remaja yang memasuki fase pubertas mengalami peningkatan hormon yang diartikan secara biologi, merupakan dorongan natural untuk mencari informasi mengenai seksualitas sebanyak-banyaknya.
”Apa dampak media sosial terhadap pengetahuan seksualitas anak?”
Bila anak tidak mendapatkan edukasi seks sejak dini, mereka dapat terpapar dan menonton video pornografi yang bertebaran di medsos karena rasa penasaran, juga melakukan penyimpangan seksual. Anak dapat berdalih bahwa dirinya tidak tahu atau hanya sekedar bercanda untuk melakukan penyimpangan seksual.
“Kapan waktu yang tepat atau di usia berapa anak perlu mendapatkan edukasi seks?”
Bicara seksualitas dengan anak dimulai dari sedini mungkin yang berkaitan dengan konsep seksualitas secara luas. Pembicaraan ini juga dapat dilakukan dengan mengikuti perkembangan kognitif anak.
- Memperkenalkan edukasi seks bisa dimulai dari bayi. Ketika bayi dipeluk, dijaga, diberikan asi merupakan pendidikan seks. Titik pertama dimana manusia merasa dicintai dan diinginkan oleh orang tuanya. Pendidikan seks nomor satu pada bayi melalui sentuhan dengan kulit.
- Pada anak usia dini dengan memperkenalkan anggota tubuh termasuk dengan jenis kelamin, tanpa ada kata ganti yang bisa memiliki makna ganda. Parents, memperkenalkan bahwa ada yang namanya penis dan vagina, sama seperti orang tua memperkenalkan anggota tubuh yang lain. Parents, tidak perlu menggunakan kata ganti seperti burung atau roti tawar karena hal ini akan membingungkan untuk anak. Anak juga dapat diajarkan tentang area privasi yang tidak boleh disentuh, dipermainkan, dan dilihat orang lain.
- Ketika anak masuk sekolah dasar, anak dapat dibimbing bagaimana menghargai orang lain, memperkenalkan fase pubertas, dan terkait dengan kesehatan tubuh.
- Saat remaja, ajak anak berdiskusi mengenai perilaku seksual dan memperkuat anak dalam aspek sosial seperti, pembahasan mengenai pacaran, pernikahan, dan hubungan seks setelah menikah.
Langkah pertama yang dapat Parents lakukan adalah membangun trust dengan anak, agar anak dapat merasa nyaman dan aman untuk berbicara mengenai seksualitas dengan orang tua. Kedua, Parents dapat melakukan pendampingan penggunaan alat elektronik anak, orang tua tahu apa yang anaknya lihat dan akses di internet. Ketiga, di zaman serba digital ini orang tua dapat mengakses berbagai informasi dari sumber yang terpercaya dan berdasarkan ahlinya melalui media internet, buku, dan sosial media. Hal ini untuk mempersiapkan dan membenarkan pengetahuan anak terkait seksualitas.
Baca juga: Pentingnya Diskusi Tentang Seks Dengan Anak melalui website Focus on the Family Indonesia.