Family Indonesia

Empat Kebiasaan Fatal Yang Dapat Mengakhiri Hubungan

Empat Kebiasaan Fatal Yang Dapat Mengakhiri Hubungan

Couples, sadarkah kalian bahwa selama menjalin hubungan, Anda dan pasangan perlahan juga membangun kebiasaan bersama? Mungkin Anda dan pasangan memiliki kebiasaan untuk cafe hopping pada setiap kencan, kebiasaan untuk selalu mengucapkan ‘good morning’ di setiap awal hari, dan kebiasaan lainnya. Kebiasaan yang tercipta dari hubungan Anda dan pasangan tidak selalu tentang aktivitas sebagai pasangan sehari-hari, tetapi juga bisa dalam bentuk bagaimana Anda dan pasangan menghadapi satu sama lain. Apakah Anda menyadari perbedaan gaya berbicara pasangan Anda dengan Anda dan orang lain? Adakah suatu kebiasaan yang pasanganmu lakukan dengan Anda tetapi tidak dengan orang lain? 

Kebiasaan-kebiasaan yang Anda dan pasangan ciptakan mungkin juga tidak selalu baik. Couples perlu mengetahui bahwa ada beberapa kebiasaan yang bisa secara perlahan merusak hubungan. Dr. John Gottman, seorang psikolog yang telah meneliti pasangan selama lebih dari 40 tahun, menggunakan metafora the four horsemen untuk menjelaskan kebiasaan yang dapat menghancurkan hubungan. Kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah:

  1. Mengkritik pasangan
    Dalam berhubungan, couples mungkin pernah mengalami hal yang tidak mengenakan seperti pasangan yang telat datang untuk kencan, melupakan hari spesial, dan sebagainya. Tidak sedikit couples yang menghadapi situasi tersebut dengan mengkritik pasangannya. Perlu diingat bahwa mengkritik pasangan berbeda dengan menyampaikan keluhan terkait tindakan pasangan atau situasi bermasalah yang ada. Dengan mengkritik pasangan, Anda berfokus untuk menyerang karakter pasangan Anda. Mengkritik pasangan juga dapat memberikan kesan seolah Anda mendefinisikan pasangan Anda dari sebuah kesalahan atau perilaku tidak ideal yang Ia lakukan. Sementara menyampaikan keluhan berfokus pada isu bermasalah yang terjadi ketimbang karakter pasangan Anda secara utuh. Anda dan pasangan perlu untuk bisa membedakan bagaimana bentuk mengkritik pasangan dan menyampaikan keluhan:

    Ketimbang berfokus untuk menyerang pasangan, akan lebih baik apabila Anda bisa menyampaikan perasaan Anda terkait situasi atau perilaku pasangan dengan tetap menghormati pasangan. Alihkan fokus Anda untuk berkomunikasi bersama dan mencari jalan keluar dari masalah yang ada.
  2. Menghina pasangan
    Kebiasaan menghina dapat terlihat sederhana. Selain melalui kata-kata seperti mengejek, sarkasme, atau menyatakan humor yang bersifat menyerang pasangan, menghina juga dapat ditunjukkan dari sikap tubuh seperti mencibir, memutar mata, atau perilaku tidak menghormati lainnya. Kebiasaan ini dinilai oleh Dr. John Gottman sebagai salah satu prediktor perceraian terhebat dalam hubungan pernikahan. Kebiasaan ini seringkali muncul apabila pasangan merasa lebih superior secara moral dan memiliki pandangan negatif yang mendalam terhadap pasangannya. Oleh sebab itu, hinaan tidak hanya bertujuan menyerang tetapi juga merendahkan pasangan.

  3. Sikap defensif
    Kebiasaan defensif ini biasa muncul sebagai respon dari keluhan atau kritikan dari pasangan. Sikap defensif yang tidak baik dalam pandangan Gottman adalah ketika Anda memberikan pembelaan diri dengan mencari-cari alasan dan cenderung memutarbalikan tuduhan kepada pasangan. Contohnya, pasangan yang menyampaikan keluhan karena pasangannya datang terlambat pada janji kencan, lalu pasangannya bersikap defensif dengan berkata “Tapikan aku tidak sempat, jam kerja ku padat. Lagian mengapa kamu mengajak kencan di hari kerja sih?”

    Wajar saja apabila Anda merasa tertekan dan ingin untuk membela diri apabila pasangan menuduh Anda terkait hal yang tidak benar. Akan tetapi, berusaha untuk mencari alasan dan mencari-cari kesalahan pasangan untuk membela diri akan memblokir komunikasi dan pemecahan masalah yang sehat. Seharusnya, couples dapat berkomunikasi tanpa banyak menyerang satu sama lain dan bersikap jujur terhadap keadaan yang ada.

  4. Menutup diri (Stonewalling)
    Dalam konflik, individu bisa mengalihkan diri dari masalah dengan menutup diri dari pasangan. Menutup diri biasanya ditunjukkan dengan perilaku mengabaikan pasangan, tidak mau berbicara, tidak mau berinteraksi dengan pasangan dalam kurun waktu tertentu, berusaha untuk menyibukan diri, mendistraksi diri dengan minum, bermain, dan lainnya. Individu seringkali menutup diri untuk mencegah emosi yang meledak-ledak dari konflik dengan pasangan. Kebiasaan menutup diri yang berlebih dapat menciptakan masalah atau kesalahpahaman dalam hubungan. Pria lebih umum untuk melakukan stonewalling dibandingkan wanita, terutama ketika mereka merasa kewalahan dalam menghadapi masalah yang ada. Untuk mencegah stonewalling, Anda dan pasangan perlu berkomunikasi dengan baik. 

    Dibandingkan mengabaikan pasangan, akan lebih baik bila Anda mengatakan “Aku merasa terlalu marah saat ini. Bisakah kita berhenti sebentar dan melanjutkan percakapan ketika aku merasa lebih baik nanti?” Dengan begitu, pasangan Anda akan mendapatkan kepastian dan keyakinan bahwa masalah akan tetap diselesaikan secara bersama nanti.

Dalam menghadapi masalah, pasangan harus bertindak hati-hati dan saling bekerja sama untuk menuntaskan masalah yang ada. Couples perlu mengingat bahwa masalah dan hari yang buruk dapat terjadi kapan saja. Meski begitu, membangun  kebiasaan yang positif, saling membangun dan saling mengapresiasi satu sama lain akan membantu Anda serta pasangan Anda dalam menghadapi hari-hari buruk tersebut. FOFI mendukung pasangan di Indonesia dengan berbagai program edukasi dan konseling agar pasangan di Indonesia mendapatkan arahan dan bantuan untuk berpasangan sehat dan saling membangun satu sama lain.

 

“Remember, we all stumble, every one of us. That’s why it’s a comfort to go hand in hand.” —Emily Kimbrough

 

Referensi : 

Gottman, J. M., & Silver, N. (1999). The Seven Principles for Making Marriage Work. http://ci.nii.ac.jp/ncid/BB05926466