Family Indonesia

Terlalu Sayang? Waspada Overparenting pada Anak

Terlalu Sayang? Waspada Overparenting pada Anak

Parents, selama menjadi orang tua, apakah anda selalu mengawasi dan khawatir dengan setiap gerak-gerik anak? Tidak sampai di situ saja, parents juga berperan dalam membuat setiap keputusan dan memecahkan setiap masalah yang dimiliki oleh anak anda. 

Jika hal-hal tersebut parents lakukan, ada kemungkinan bahwa anda menunjukkan tanda-tanda overparenting. Pengasuhan dengan pendekatan ini bermaksud baik karena menyalurkan rasa cinta dan kepedulian pada anak, namun karena diberikan dalam porsi besar, secara tidak sengaja dapat menghambat pertumbuhan dan kemandirian anak. Orang tua biasanya akan melibatkan diri dalam semua aspek kehidupan anak yang terkadang berdampak dan merugikan diri anak tersebut.

Apa itu Overparenting?

Overparenting atau yang sering disebut sebagai “helicopter parenting” adalah perilaku orang tua yang melibatkan diri secara berlebihan dalam setiap aspek kehidupan anak mereka. Pendekatan ini ditandai dengan keinginan yang mendalam untuk melindungi anak dari segala bentuk kegagalan, ketidaknyamanan, atau tantangan. Helicopter parenting akan merasa bangga karena dapat terlibat dalam kehidupan anak mereka dan sering kali tidak menyadari bahwa ada yang salah dengan gaya pengasuhan yang dilakukan. 

Overparenting berbeda dengan pengasuhan biasa terutama dalam hal pemberian otonomi dan kontrol terhadap anak. Pengasuhan yang wajar melibatkan bimbingan kepada anak, penetapan batasan, dan membiarkan mereka mengalami konsekuensi alamiah untuk memupuk kemandirian dan ketangguhan anak. Sebaliknya, overparenting ditandai dengan keterlibatan dan kontrol yang berlebihan, di mana orang tua mengatur setiap aspek kehidupan anak, mulai dari memecahkan masalah hingga membuat keputusan untuk mereka. Pendekatan ini membuat anak tidak berani menghadapi tantangan dan belajar dari kesalahan, sehingga menimbulkan ketergantungan dan berkurangnya rasa percaya diri. Pengasuhan yang teratur mendukung pertumbuhan anak menjadi individu yang mandiri, pengasuhan yang berlebihan justru menghambat kemampuan mereka untuk menghadapi tantangan hidup secara mandiri.

 

Contoh Overparenting dalam Kehidupan Sehari-hari: 

 

Terlalu mengatur segala hal:

  • Menentukan semua jadwal anak, dari bangun tidur hingga waktu belajar.
  • Memilih semua teman yang boleh bermain dengan anak.
Melakukan semua tugas anak:

  • Membantu anak menyelesaikan tugas sekolah hingga detail terkecil.
  • Menyiapkan semua keperluan anak, tanpa melibatkan anak untuk membantu dan mandiri.
Tidak membiarkan anak mengalami kegagalan:

  • Selalu siap sedia membantu anak ketika menghadapi kesulitan.
  • Menghindari anak dari situasi yang mungkin membuatnya merasa tidak nyaman atau gagal.
  • Menyalahkan orang lain jika anak membuat kesalahan.
Terlalu khawatir dengan keselamatan anak:

  • Menjemput dan mengantar anak ke mana pun, bahkan di jarak yang dekat.
  • Tidak mengizinkan anak bermain di luar rumah karena takut terjadi sesuatu.
  • Selalu memantau aktivitas anak.

Remembering to look for opportunities to take one step back from solving our child’s problems will help us build the resilient, self-confident kids we need.Deborah Gilboa, Md

Efek dari Overparenting

  • Berkurangnya kepercayaan dan harga diri karena anak merasa bahwa orang tua tidak mempercayainya untuk melakukan hal tertentu sendirian. Anak juga dapat merasa bahwa ia tidak akan mampu mengatasi tantangan, tanpa campur tangan orang tuanya.
  • Coping skill yang tidak terlatih karena anak merasa kewalahan atau tidak berdaya saat menghadapi tantangan. Hal ini disebabkan anak tidak belajar bagaimana mengelola stres, kekecewaan, atau kegagalan mereka karena jarang terpapar dengan pengalaman-pengalaman tersebut.
  • Defisit keterampilan sosial, anak-anak yang diasuh secara berlebihan mungkin tidak memiliki kesempatan untuk berinteraksi secara bebas dengan teman sebaya, sehingga kurang berkembangnya keterampilan sosial mereka. Anak mungkin akan kesulitan dalam menyelesaikan konflik, bekerja dalam tim, dan memiliki empati terhadap sesama karena tidak pernah mengalami situasi sosial secara mandiri.
  • Ketidakmampuan untuk menangani kritik atau feedback.
  • Rasa berhak atas sesuatu, anak-anak yang kehidupan sosial dan akademiknya selalu diatur oleh orang tua, dapat menjadi terbiasa untuk selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan, yang dapat menimbulkan sikap merasa berhak atas banyak hal.
  • Keterampilan hidup yang tidak berkembang, orang tua yang selalu mengikatkan sepatu anak, mencuci piring, menyiapkan makan, dan mencuci pakaian, bahkan setelah anak secara mental dan fisik mampu melakukan tugas tersebut, dapat mencegah anak untuk menguasai life skills yang ada.

Penelitian menunjukkan banyak konsekuensi negatif dari pengasuhan yang berlebihan di antara anak-anak yang sedang tumbuh menjadi dewasa, seperti masalah kepribadian dan psikologis (menuntut hak, perfeksionisme), kurangnya kompetensi yang memadai (self-regulation, coping skills, kompetensi pertemanan dan berpacaran), internalisasi (kecemasan, depresi, kepuasan hidup yang rendah) dan masalah yang bersifat eksternal misalnya penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan kecanduan media sosial (Cook, 2020; Hong & Cui, 2019; Segrin et al., 2015). Candel (2022) menyoroti efek tidak langsung yang signifikan dari pengasuhan yang berlebihan terhadap kepuasan relasi orang dewasa dan strategi fungsional untuk mengelola konflik dengan pasangan.

Penelitian menunjukkan banyak konsekuensi negatif dari pengasuhan yang berlebihan di antara anak-anak yang sedang tumbuh menjadi dewasa, seperti masalah kepribadian dan psikologis (menuntut hak, perfeksionisme), kurangnya kompetensi yang memadai (self-regulation, coping skills, kompetensi pertemanan dan berpacaran), internalisasi (kecemasan, depresi, kepuasan hidup yang rendah) dan masalah yang bersifat eksternal misalnya penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan kecanduan media sosial (Cook, 2020; Hong & Cui, 2019; Segrin et al., 2015). Candel (2022) menyoroti efek tidak langsung yang signifikan dari pengasuhan yang berlebihan terhadap kepuasan relasi orang dewasa dan strategi fungsional untuk mengelola konflik dengan pasangan.

Membenahi Pola Pengasuhan yang Berlebihan

Parents, mengenali tanda-tanda overparenting adalah langkah pertama untuk membina hubungan yang lebih harmonis dengan anak. Selanjutnya, parents dapat menetapkan batasan yang jelas untuk menjauhkan diri dari perilaku overparenting. Tanda-tanda lain dari overparenting adalah terlalu menekankan pada kesuksesan dan pencapaian. Coba sesuaikan ekspektasi orang tua untuk lebih fokus pada usaha, pembelajaran, dan kemajuan anak. Hal ini dapat membantu anak menghargai proses pertumbuhan mereka sendiri dan mengurangi tekanan yang tidak semestinya. Orang tua juga dapat mulai belajar untuk mendorong anak mengambil keputusan dan mengambil tanggung jawab yang sesuai untuk menumbuhkan kemandirian mereka. Alih-alih melindungi anak dari setiap masalah, biarkan anak menghadapi tantangan dan belajar dari setiap kesalahan mereka.

Aspek yang tak kalah penting dalam memperbaiki pola asuh yang berlebihan adalah menanamkan rasa percaya pada kemampuan anak. Kepercayaan ini dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri dan mendorong anak untuk menghadapi tantangan baru secara mandiri dan membiarkan mereka berjuang. Hal ini juga berarti membiarkan anak melakukan tugas-tugas yang mampu mereka lakukan dengan baik secara fisik dan mental mereka.

Jika parents ingin belajar lebih jauh mengenai parenting yang sesuai dengan anak anda, parents dapat mengikuti berbagai program dari Focus on the Family Indonesia. Beberapa program terkait parenting yang tersedia, yaitu raising future-ready kids, parental guidance, parental seminar, dan beberapa program lainnya. Info lebih lanjut dapat parents dapatkan melalui direct message Instagram kami @focusonthefamilyindonesia atau WhatsApp pada nomor +6282110104006.

The key, however, is being involved while still giving your child room to grow, learn new skills, and rebound from failure on their own.” – Kate Bayless

 

Referensi:

Bayless, K. (2024, April 26). What is helicopter parenting, and how does it impact kids? Parents. https://www.parents.com/parenting/better-parenting/what-is-helicopter-parenting/ 

Candel, O. (2022). The Link between Parenting Behaviors and Emerging Adults’ Relationship Outcomes: The Mediating Role of Relational Entitlement. International Journal of Environmental Research and Public Health, 19(2), 828. https://doi.org/10.3390/ijerph19020828 

Cook, E. C. (2020). Understanding the Associations between Helicopter Parenting and Emerging Adults’ Adjustment. Journal of Child and Family Studies, 29(7), 1899–1913. https://doi.org/10.1007/s10826-020-01716-2 

Hong, P., & Cui, M. (2019). Helicopter parenting and college students’ psychological maladjustment: the role of self-control and living arrangement. Journal of Child and Family Studies, 29(2), 338–347. https://doi.org/10.1007/s10826-019-01541-2 

Segrin, C., Givertz, M., Swaitkowski, P., & Montgomery, N. (2013). Overparenting is Associated with Child Problems and a Critical Family Environment. Journal of Child and Family Studies, 24(2), 470–479. https://doi.org/10.1007/s10826-013-9858-3