Champs, setiap orang pasti pernah mempertanyakan tujuan keberadaan mereka di dunia ini. Pada titik tertentu dalam hidup, kita sering bertanya pada diri kita sendiri beberapa pertanyaan berikut.
“Why am I here? What is the meaning of life? What is my purpose? What do people mean when they say they have found meaning in their lives? What are they referring to?”
Jadi, apa yang dimaksud dengan “makna hidup”?
Meaning in Life
Dalam beberapa hal, makna hidup cukup sulit untuk didefinisikan karena merupakan pengalaman pribadi dari masing-masing individu. Definisi makna hidup yang dimiliki champs mungkin didasari oleh hal yang berbeda satu sama lain. Beberapa penelitian mendefinisikan makna hidup sebagai keyakinan bahwa hidup kita bermakna bagi orang lain dan diri kita sendiri, serta keyakinan bahwa kita diciptakan dengan tujuan yang spesifik dan berharga.
Makna hidup seseorang juga berkaitan dengan nilai-nilai yang dimilikinya. Nilai-nilai ini berkaitan dengan keyakinan terhadap hal-hal penting dalam hidup kita yang akan berperan sebagai prinsip-prinsip dari tindakan yang dilakukan. Memahami nilai-nilai yang dimiliki dapat membantu kita selaras dan memberikan makna terhadap dunia.
Memiliki tujuan hidup merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar. Namun, bagi kebanyakan orang menemukan tujuan hidup bukanlah hal yang mudah. Kehidupan modern saat ini, membuat banyak orang jadi kesulitan menentukan dan memberikan perhatian pada tujuan hidup mereka yang sebenarnya. Seringkali, individu mengalami tekanan untuk memiliki kehidupan “sempurna” yang menjadi konsep standar hidup yang baik, meskipun hal tersebut bertentangan dengan nilai dan prinsip yang dimilikinya.
Saat ini, semakin banyak penelitian yang mengidentifikasi peran makna hidup dalam kehidupan manusia. Menurut Routledge dan FioRito (2021), individu yang menganggap hidup mereka penuh makna menjalani hidup yang lebih lama, lebih sehat, dan lebih bahagia daripada mereka yang cenderung tidak memandang hidup mereka bermakna. Semakin seseorang merasa hidupnya bermakna, semakin mereka merasakan kesejahteraan psikologis yang positif secara keseluruhan (Steger & Frazier, 2005). Selain itu, kebermaknaan mengurangi risiko depresi (Disabato et al., 2016) dan bunuh diri (Edwards & Holden, 2001). Makna hidup juga secara positif berkaitan dengan kesehatan fisik dan umur panjang (Czekierda et al., 2017).
“The purpose of life is not to be happy. It is to be useful, to be honorable, to be compassionate, to have it make some difference that you have lived and lived well.” —Ralph Waldo Emerson
Mereka yang percaya bahwa hidup mereka memiliki makna cenderung lebih bahagia, memiliki kepuasan hidup yang lebih tinggi, lebih bersemangat dalam bekerja, memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih baik dan lebih tahan terhadap stres, serta hidup lebih lama secara keseluruhan (Steger, 2009). Ketika orang percaya bahwa hidup mereka berarti, mereka juga memiliki alasan untuk mengatur perilakunya dengan cara-cara yang membantu mereka tetap hidup dan berkembang.
Komponen Makna Hidup
Menurut Martela & Steger (2016), makna dalam hidup melibatkan tiga komponen utama, yaitu:
- Significance (Penting atau Berarti)
Ketika kita memiliki pengalaman bagaimana kekuatan dan perilaku kita dapat berkontribusi, serta membuat suatu perubahan dalam hidup merupakan contoh dari signifikansi. Merasakan bahwa hidup kita penting bagi seseorang atau sesuatu adalah makna eksistensial/signifikansi. Perasaan penting ini bukan berasal dari penilaian yang berlebihan terhadap kebaikan kita, melainkan dari kebutuhan sederhana untuk “live a life you will remember” (Avicii, 2014). - Purpose
Mereka yang memiliki arah atau core goal akan memiliki tujuan dalam hidup mereka. Tujuan tersebut yang akan mendorong setiap tindakan yang dilakukan setiap hari, memberikan semangat ketika bangun di pagi hari, dan membuat kita terus maju bahkan saat menghadapi rasa lelah atau letih.
“Those who have a ‘why’ to live can bear with almost any ‘how'” – Nietzsche - Coherence
Koherensi yang mendalam menunjukkan pemahaman dan refleksi individu mengenai peristiwa-peristiwa yang memengaruhi kehidupannya. Setiap individu memiliki sifat adaptif untuk memotivasi diri mendeteksi pola atau hubungan yang dapat diandalkan di lingkungannya. Hal ini akan memberikan pengalaman dari ‘makna’, ketika individu dapat menemukan koherensi yang dapat dipercaya dalam hidupnya. Dengan kata lain, makna sebagai koherensi adalah suatu perasaan bahwa pengalaman atau kehidupan seseorang masuk akal.
Menemukan Makna Hidup
Menurut Victor E. Frankl makna hidup dapat ditemukan melalui:
- Purposeful work: Menemukan makna hidup melalui pekerjaan, kontribusi, atau pencapaian kita.
- Experiences and relationships: Menemukan makna melalui hubungan kita dengan orang lain, cinta, dan pengalaman hidup. Menjalani sesuatu secara penuh atau mencintai seseorang.
- Attitude towards suffering: Mengubah sikap kita ketika dihadapkan pada situasi atau keadaan yang tidak dapat kita ubah. Menghadapi penderitaan dengan keberanian dan kebijaksanaan.
Meskipun penderitaan adalah bagian yang tidak dapat dihindari dari kehidupan, Frankl mendorong kita untuk memanfaatkan kemampuan untuk memilih bagaimana kita merespons penderitaan yang ada. Frankl juga berpendapat bahwa, kita dapat (melalui penerimaan dan pencarian makna) mengembangkan sikap yang akan memungkinkan kita untuk bertahan dalam situasi kehidupan yang paling sulit.
“Everything can be taken from a man, but one thing: the last of the human freedoms- to choose one’s attitude in any given set of circumstances, to choose one’s own way.” – Victor Frankl
Champs, semoga kita semua bisa menikmati proses di perjalanan pencarian makna hidup. Ingat, bahwa perjalanan ini unik bagi setiap individu dan proses menemukan makna tidak harus melalui proses yang kompleks, champs bisa menemukannya dalam hal yang paling sederhana dalam hidup masing-masing.
Bila champs menemukan kebingungan dan kesulitan dalam proses menemukan makna, Focus on the Family Indonesia siap membantu champs menyusuri pengalaman-pengalaman dan menemukan tujuan/makna hidup kembali. Champs dapat menghubungi kami melalui direct message Instagram kami @noapologiesindonesia atau melalui WhatsApp pada nomor +6282110104006.
Referensi:
Czekierda, K., Banik, A., Park, C. L., & Luszczynska, A. (2017). Meaning in life and physical health: systematic review and meta-analysis. Health Psychology Review, 11(4), 387–418. https://doi.org/10.1080/17437199.2017.1327325
Disabato, D. J., Kashdan, T. B., Short, J. L., & Jarden, A. (2016). What Predicts Positive Life Events that Influence the Course of Depression? A Longitudinal Examination of Gratitude and Meaning in Life. Cognitive Therapy and Research, 41(3), 444–458. https://doi.org/10.1007/s10608-016-9785-x
Edwards, M. J., & Holden, R. R. (2001). Coping, meaning in life, and suicidal manifestations: Examining gender differences. Journal of Clinical Psychology, 57(12), 1517–1534. https://doi.org/10.1002/jclp.1114
Martela, F., & Steger, M. F. (2016). The three meanings of meaning in life: Distinguishing coherence, purpose, and significance. The Journal of Positive Psychology, 11(5), 531–545. https://doi.org/10.1080/17439760.2015.1137623
Steger, M. F. (2009). Meaning in life. In S. J. Lopez & C. R. Snyder (Eds.), Oxford handbook of positive psychology (2nd ed., pp. 679–687). Oxford University Press
Steger, M. F., & Frazier, P. (2005). Meaning in life: one link in the chain from Religiousness to Well-Being. Journal of Counseling Psychology, 52(4), 574–582. https://doi.org/10.1037/0022-0167.52.4.574
Routledge, C., & FioRito, T. A. (2021). Why meaning in life matters for societal flourishing. Frontiers in Psychology, 11. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.601899