Family Indonesia

Kindness: Fondasi Pernikahan yang Bahagia

Kindness: Fondasi Pernikahan yang Bahagia

Couples, hari ini adakah kebaikan yang telah anda berikan kepada pasangan anda?
Senang sekali rasanya, bila setiap pasangan dapat senantiasa memperhatikan dan tetap mencurahkan kebaikan satu sama lain di berbagai kondisi yang ada. Namun, sayangnya banyak pasangan yang sering kali melupakan pentingnya nilai kebaikan dalam pernikahan.

Berjalannya waktu, banyak yang menjadi abai akan kesejahteraan pasangannya. Ketidakpuasan yang dirasakan dalam hubungan diungkapkan tanpa perhatian, kasih sayang, ataupun kelembutan. Perselisihan-perselisihan ini akan terus menumpuk dan bertambah banyak seiring waktu, yang pada akhirnya menghasilkan perasaan berjarak, kekecewaan, dan ketidakpuasan dalam hubungan. Melalui tulisan ini, mari kita menggali kembali makna kebaikan yang dapat dilakukan dalam pernikahan anda. 

Kindness atau kebaikan, bukan berarti menjadi lemah, dimanfaatkan, atau bertekuk lutut. Kebaikan dalam suatu hubungan berarti bersikap murah hati, bijaksana, peduli, penuh kasih, dan mendukung pasangan. Kebaikan adalah memikirkan pasangan anda dan tidak hanya mementingkan diri sendiri. Dalam membangun suatu hubungan, kedua belah pihak perlu mendefinisikan kebaikan dengan cara yang sama untuk membentuk hubungan yang adil. Pernikahan yang sehat juga terbentuk bila pasangan memiliki rasa saling mendukung dan dapat berbagi tanggung jawab bersama.

Why Kindness Matters?
Menurut Peterson dan Seligman (2004), kebaikan didorong oleh rasa kasih sayang atau kepedulian, dan diekspresikan melalui tindakan kebaikan atau memberikan perhatian. Kebaikan merupakan tindakan sukarela yang dilakukan seseorang untuk memberikan manfaat kepada orang lain dan tidak dimotivasi oleh suatu imbalan atau hukuman.

Kindness melibatkan kepedulian, kasih, welas asih, dan sikap menolong orang lain (Azañedo et al., 2021). Kepedulian seseorang terhadap kesejahteraan orang lain dapat menciptakan peluang membangun hubungan yang bermakna. Bersikap baik juga dapat memenuhi kebutuhan individu akan ikatan yang mengarah pada cinta dan penerimaan yang lebih besar oleh orang lain (Layous et al., 2012). Maka dari itu, mengembangkan kebaikan dapat secara signifikan meningkatkan kepuasan hubungan individu.

Kebaikan dapat diekspresikan melalui tiga aspek, yaitu perasaan, pikiran, dan perilaku. Pertama, perasaan ini meliputi perasaan yang berorientasi pada orang lain seperti simpati, empati, dan rasa hormat. Juga, perasaan yang berorientasi pada diri sendiri seperti perasaan bangga karena telah bertindak sesuai dengan prinsip dan etika, atau perasaan bersalah secara etis karena telah melakukan sesuatu yang salah. Komponen kedua adalah pikiran yang baik yang mencerminkan proses aktif dalam memahami perspektif dan pandangan orang lain ke dalam pandangan sendiri. Hal ini juga mencerminkan kemampuan diri memahami setiap perspektif, termasuk reflektif diri. Komponen ketiga dari kebaikan, yaitu perilaku, sebagian besar ditentukan oleh kecenderungan tindakan prososial terhadap orang lain dan perilaku yang ditujukan untuk orang lain. Perilaku kebaikan yang diarahkan pada diri sendiri didefinisikan sebagai perilaku menolong dan peduli pada diri sendiri. Ketiga komponen kebaikan bekerja secara bersama dan tidak dapat dipisahkan.

“Love isn’t just something you feel, it’s something you do. It’s the small acts of kindness that speak the loudest.”

 

Kindness in Marriage
Couples, kunci dari pasangan yang bahagia adalah mereka yang memprioritaskan kebaikan dan menghidupinya ke dalam hubungan. Kebaikan dapat diterapkan melalui hal-hal kecil untuk menunjukkan kebaikan anda kepada pasangan. Ketika dua insan saling mengatakan dan melakukan hal-hal baik secara teratur, maka akan membentuk pernikahan yang membuat pihak pemberi dan penerima kebaikan bahagia. Couples dapat memberikan komentar positif lima kali lebih banyak daripada komentar negatif kepada satu sama lain. Bentuk lain dari kebaikan dalam pernikahan adalah penerimaan terhadap pasangan, komitmen untuk membangun hubungan, pengabdian kepada pasangan, dan kesanggupan untuk mempertahankan pernikahan yang bertahan seumur hidup.

The greatest manifestations of love are simple acts of kindness – Joseph B Wirthlin

 

Kebaikan yang couples lakukan tidak perlu bergerak dari hal-hal besar untuk memberikan dampak pada hubungan pernikahan. Kebaikan dapat dimulai melalui tindakan kecil dan sederhana di kehidupan sehari-hari. Sering kali hal-hal kecil yang dilakukan secara terus menerus memiliki efek paling kuat. Hal ini karena pasangan menjalani hidup bersama dari waktu ke waktu. Kebaikan merupakan komitmen yang couples buat dalam pernikahan. Cinta yang berlandaskan kebaikan satu sama lain akan membantu pasangan melangkah lebih jauh untuk mencapai pernikahan impian. Tindakan kecil yang dapat couples lakukan, seperti:

  • Menawarkan diri untuk mencuci piring
  • Bergantian mengantar anak ke sekolah 
  • Membuatkan sarapan di pagi hari
  • Berbagi pekerjaan rumah
  • Saling memberi semangat 
  • Catatan apresiasi satu sama lain
  • Tidak pernah saling menjatuhkan satu sama lain
  • Menyelesaikan masalah dengan kasih

Dalam situasi tertentu, kita mungkin berpikir bahwa pasangan kita “sudah seharusnya” bersikap baik, ramah, dan penuh perhatian kepada kita. Dengan asumsi ini, kita jadi tidak melihat atau memperhatikan tindakan baik mereka untuk kita, yang sewaktu-waktu dapat mengurangi motivasi pasangan untuk bertindak baik secara aktif kepada kita. Maka, sangat disarankan kepada couples untuk tidak menganggap sepele kebaikan pasangan, sebaliknya ungkapkan apresiasi kita secara aktif kepada pasangan.

Baca juga: Pola Komunikasi Pasangan: Seni Mendengarkan

Kebaikan dalam pernikahan itu penting. Tanpa kebaikan, pernikahan akan sulit untuk berkembang dan mencapai kebahagiaan. Couples dapat memilih untuk bersikap baik dan melakukan sesuatu secara sadar untuk menunjukkan kebaikan kepada pasangan anda.
Jadi, apa satu hal baik yang dapat dilakukan untuk pasangan anda hari ini?

“Kindness is the language which deaf can hear and the blind can see.” – Mark Twain

 

Focus on the Family Indonesia mendukung para couple melalui layanan konseling pasangan dan program Journey to Us. Kami berkomitmen untuk membantu memelihara hubungan pernikahan yang harmonis bersama pasangan Anda. Couples dapat menjangkau kami melalui direct message Instagram kami @focusonthefamilyindonesia atau WhatsApp pada nomor +6282110104006.

 

Referensi: 

Azañedo, C. M., Artola, T., Sastre, S., & Alvarado, J. M. (2021). Character strengths predict Subjective Well-Being, Psychological Well-Being, and psychopathological symptoms, over and above functional social support. Frontiers in Psychology, 12. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2021.661278

Chan, S. F. (2023, September 25). Kindness – the secret sauce of a good marriage – Focus on the family Singapore. Focus on the Family Singapore – Helping Families Thrive. https://family.org.sg/articles/kindness-the-secret-sauce-of-a-good-marriage/ 

Layous, K., Nelson, S. K., Oberle, E., Schonert-Reichl, K. A., & Lyubomirsky, S. (2012). Kindness Counts: Prompting prosocial behavior in preadolescents boosts peer acceptance and Well-Being. PLoS ONE, 7(12), e51380. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0051380 

Peterson, C., & Seligman, M. E. P. (2004). Character strengths and virtues: a handbook and classification. Choice Reviews Online, 42(01), 42–0624. https://doi.org/10.5860/choice.42-0624