Parents, tentu tidak asing dengan situasi anak yang mengamuk dan sulit untuk ditenangkan. Episode yang sering ditemui, seperti anak yang menangis keras karena tidak dibelikan mainan atau mengamuk karena tidak menyukai suatu hal. Ledakan emosi si kecil yang tidak terkendali dan seringkali membuat para orang tua kesulitan ini disebut tantrum.
Apasih Tantrum Itu?
Tantrum atau temper tantrum adalah episode singkat perilaku ekstrem, tidak menyenangkan, dan terkadang agresif sebagai respons terhadap rasa frustrasi atau kemarahan (Daniels et al., 2012). Tantrum sebagai bentuk ekspresi emosional anak sering dijumpai dalam perilaku menangis, membentak, menjerit, memukul, melempar barang, menendang, dan berguling di tanah. Tantrum sering ditemui pada anak usia 1–4 tahun karena pada usia tersebut, anak belum mampu mengungkapkan keinginan atau perasaan mereka secara verbal.
Kenapa ya Anak Bisa Tantrum?
Parents, ada beberapa alasan yang melatarbelakangi anak mengalami tantrum. Hal ini bisa terjadi karena anak merasa lelah, lapar, atau sakit. Rasa frustasi anak berkaitan dengan kemampuan mengatasi masalah yang terbatas dari anak yang mengakibatkan perilaku tantrum. Alasan lainnya, saat anak mencari perhatian dari orang tua untuk mendapatkan apa yang diinginkan atau menghindari melakukan sesuatu yang tidak ingin dilakukan oleh anak.
Beberapa orang tua bisa jadi merasa cemas atau takut saat berada di tengah ledakan emosi anak yang sedang tantrum, tapi temper tantrum itu sendiri merupakan bagian normal dari perkembangan karena anak-anak belajar untuk mengendalikan emosi mereka dan mendapatkan kemandirian. Tantrum dapat terjadi sekali sehari dengan rata-rata durasi tiga menit pada anak berusia 18 hingga 60 bulan. Durasi tantrum yang paling umum adalah 0,5 hingga 1 menit (Potegal et al., 2003).
Meskipun umum terjadi, parents berperan untuk mengatasi tantrum pada anak dengan baik. Hal ini karena tantrum yang tidak diatasi dengan baik dapat berdampak negatif pada perkembangan emosional anak di masa depan, termasuk gangguan dalam mengontrol emosi dan kesulitan untuk membedakan mana yang baik dan buruk. Maka, parents memiliki tugas untuk membantu anak belajar keterampilan mengidentifikasi perasaan mereka, memberikan nama pada emosi, mengomunikasikan perasaan, dan menerapkan perilaku positif untuk mengelola emosi negatif, secara bertahap frekuensi tantrum tersebut akan berkurang (Daniels et al., 2012).
Apa yang Bisa dilakukan Parents Terkait Episode Tantrum?
Ketika menghadapi episode tantrum, parents memiliki strategi dalam mencegah dan merespon anak yang sedang tantrum.
- Upaya dalam mencegah tantrum, yaitu:
- Memahami pemicu/penyebab tantrum tersebut.
- Berupaya untuk mengalihkan perhatian dan menjaga anak dari penyebab tantrum. Contohnya anak yang menangis karena tidak dibelikan mainan, orang tua dapat menyiasati untuk tidak mengajak anak ke area toko mainan.
- Mengajari anak mengekspresikan emosi secara verbal ketimbang melalui perilaku tantrum. Pengenalan emosi dapat dimulai dengan menanyakan bagaimana perasaan anak, apakah senang, sedih, atau lelah. Semakin anak bertambah usia, mereka akan lebih mampu untuk mengomunikasikan perasaan dan keinginannya.
- Saat anak sedang tantrum yang dapat dilakukan,yaitu:
- Tetap tenang dan berusaha mengalihkan perhatian anak.
- Jangan memberikan hukuman fisik karena dapat menyebabkan perilaku tantrum bertambah parah atau lama. Hukuman fisik juga mengajarkan anak bahwa memukul diperbolehkan ketika marah atau frustrasi (Daniels et al., 2012).
- Mengabaikan perilaku sampai anak tenang. Strategi ini dapat digunakan pada anak yang tantrum untuk mendapatkan perhatian. Namun, bila anak melakukan kekerasan fisik, orang tua dapat menahan anak sampai perilaku tantrum berhenti dan tidak berbicara kepada anak sebelum ia tenang.
Merawat anak-anak bisa sangat menantang di segala bidang, ini merupakan perjalanan yang membutuhkan banyak kesabaran dan kesengajaan bagi orang tua. Saat parents belajar merawat mereka, jangan lupa untuk juga menunjukkan kebaikan dan kemurahan hati kepada diri kita sendiri dan memberikan kesempatan untuk kita tumbuh melalui kesalahan.
“This behavior will pass, they are just trying to communicate their wants.” -Wan Xin Ng
Apabila parents mengalami kesulitan dalam menghadapi anak yang sering tantrum dan meredakan emosi si kecil, Focus on the Family Indonesia siap membantu parents melewati episode tantrum anak. FOFI menyediakan program konseling untuk parents agar bisa berdiskusi dengan tenaga profesional untuk perkembangan keluarga Anda. Anda dapat menghubungi kami melalui direct message Instagram kami @focusonthefamilyindonesia atau melalui WhatsApp pada nomor +6282110104006.
Referensi
Daniels, E., Mandleco, B., & Luthy, K. E. (2012). Assessment, management, and prevention of childhood temper tantrums. Journal of the American Academy of Nurse Practitioners, 24(10), 569–573. https://doi.org/10.1111/j.1745-7599.2012.00755.x
Ng, W. X. (2024). How to manage toddler tantrums effectively. Focus on the Family Singapore – Helping Families Thrive. https://family.org.sg/articles/how-to-manage-toddler-tantrums/?recommId=76bc0858-a8a0-4a4e-a418-d2a8b712151a
Potegal, M., Kosorok, M. R., & Davidson, R. J. (2003). Temper Tantrums in Young children: 2. Tantrum Duration and Temporal organization. Journal of Developmental & Behavioral Pediatrics, 24(3), 148–154. https://doi.org/10.1097/00004703-200306000-00003